Jakarta (ANTARA News) - Survei Lembaga Klimatologi Politik menyebutkan konvensi calon presiden Partai Demokrat yang diikuti 11 peserta belum mampu meningkatkan elektabilitas partai tersebut di Pemilu 2014.
"Gema konvensi capres Demokrat belum cukup mengangkat elektabilitas partai tersebut," kata CEO LKP, Usman Rachman, dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Dia mengatakan elektabilitas Demokrat nisbi tidak bergerak di posisi partai menengah. Menurut dia, berdasarkan survei LKP, Demokrat berada di posisi ke lima dengan elektabilitas sebesar 6,7 persen.
"Temuan LKP, perkembangan elektabilitas Demokrat relatif tersendat. Demokrat cenderung stabil di posisi partai menengah dengan tingkat keterpilihan antara 5 hingga 7 persen," ujarnya.
Menurut dia, posisi Partai Demokrat setara atau hanya sedikit di atas partai-partai politik berbasis Islam seperti PKB dan PPP.
Dia menilai seluruh peserta konvensi memiliki elektabilitas yang rendah, sehingga kehadiran mereka belum mampu mendorong peningkatan elektabilitas Demokrat secara signifikan.
"Konvensi Demokrat tersendat secara politik karena waktunya mendesak untuk membangun linearitas untuk Pemilihan Presiden 2014," tuturnya.
Dalam survei yang dilakukan LKP disebutkan elektabilitas PDI Perjuangan 21,8 persen, Partai Golkar 18,1 persen, Hanura 11,3 persen, Gerindra 11,1 persen, Demokrat 6,7 persen, dan PKB 5,7 persen.
Sementara itu elektabilitas PKS 3,7 persen, PPP 3,5 persen, PAN 3,3 persen, Nasdem 3,1 persen, PBB 1,1 persen, dan PKPI 0,3 persen. Sedangkan responden yang belum memutuskan pilihannya sebanyak 10,3 persen.
Survei itu dilakukan dari 26 Februari sampai 6 Maret 2014 yang dilakukan di 34 provinsi dengan sampel sebanyak 1.240 responden dengan teknik "multi-stage random sampling".
Ambang kesalahan dalam survei itu sebesar 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara tatap muka dengan responden dengan bantuan kuesioner. Survei itu dilengkapi dengan analisis media dari 10 surat kabar nasional dan 10 media "online" atau daring nasional.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014