Moskow (ANTARA) - Lebih dari 90 orang telah ditangkap di tengah gelombang protes terhadap keberadaan migran ilegal di seluruh Inggris pada Sabtu (3/8).

Gelombang protes itu kemudian berkembang menjadi kerusuhan massal, demikian laporan SkyNews pada Minggu.

Protes terhadap masuknya migran ilegal dimulai di beberapa kota di Inggris setelah serangan dengan pisau di Southport, Inggris, yang menewaskan 3 anak.

Media melaporkan bahwa setidaknya 35 aksi protes diperkirakan terjadi selama akhir pekan.

Penangkapan dimulai setelah beberapa bentrokan dengan polisi serta bentrokan antara pengunjuk rasa anti-imigran dan pendukung migran, lapor penyiar tersebut.

Polisi memperkirakan kekerasan akan tetap berlanjut dalam beberapa hari mendatang, menurut SkyNews.

“Kami tahu orang-orang akan mencoba melakukan ini lagi dan kepolisian sudah dan akan terus siap,” kata Kepala Kepolisian Ben-Julian Harrington seperti dikutip penyiar tersebut.

Di antara orang-orang yang ditahan, 14 pengunjuk rasa ditangkap di kota Bristol, 20 di Kingston upon Hull, lebih dari 20 di Blackpool, Preston, dan Blackburn, 23 di Liverpool, dan 10 di Stoke-on-Trent, kata media tersebut. Tiga orang lainnya ditahan di Belfast dan Leeds.

Pada 29 Juli, tiga remaja tewas dan beberapa lainnya terluka parah setelah serangan pisau di sebuah klub tari anak-anak di Southport.

Peristiwa itu memicu protes massal dan bentrokan dengan polisi di tengah laporan yang belum terkonfirmasi bahwa pelaku penikaman adalah seorang pengungsi.

Lembaga penegak hukum Inggris menuduh organisasi kemasyarakatan Liga Pertahanan Inggris (EDL) yang berhaluan ekstrem kanan sebagai penyulut protes, sementara beberapa media di negara tersebut melaporkan bahwa Rusia berada di balik kerusuhan.

Kedutaan Besar Rusia di London dengan tegas menolak tuduhan tersebut.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Pemerintah Inggris janjikan dana untuk lindungi komunitas Muslim
Baca juga: Kebencian anti-Muslim di Eropa naik dampak konflik Israel-Palestina
Baca juga: Jumlah Muslim di parlemen Inggris rekor meski Islamofobia meningkat

Penerjemah: Primayanti
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2024