Bandung (ANTARA News) - Pakar logistik dari Singapura, Ramlee Ibrahim Phd CIRM CSCP, mengatakan, potensi bidang logistik di Indonesia terhitung cerah namun terkendala oleh sulitnya mengurus pengiriman barang yang dilakukan oleh investor. "Seperti pengiriman barang dari luar negeri, harus menunggu izin selama 40 hari hingga secara tidak langsung akan menambah biaya pengiriman," katanya menjelang acara seminar `Carrers in Logistics: Kegemilangan Prospek Kerja di Bidang Logistik`, di Kampus Universitas Widyatama, Bandung, Jumat. Menurut dia, di negara lain, pengurusan barang yang akan masuk melalui pelabuhan, hanya memerlukan waktu selama satu minggu saja. Ia mengatakan akibat lamanya pengurusan izin masuk itu, membuat biayanya melambung pasalnya barang tersebut harus tertahan di pelabuhan cukup lama. "Tertahannya barang di pelabuhan tersebut, secara tidak langsung memakan biaya, seperti, jika mengirim buah-buahan maka harus menggunakan listrik untuk lampu dan menyalakan alat pendingin," katanya. Dikatakannya, persoalan sulitnya untuk mendapatkan izin memasukkan barang atau produk ke Indonesia tersebut, harus diperbaiki agar tidak menghambat investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Kendati demikian, ia menilai jika Indonesia memiliki prospek yang cukup cerah untuk memperoleh investor seiring sikap pemerintahnya yang mendukung kehadiran investor tersebut. "Investor dari Jepang, Malaysia dan Singapura banyak yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia, setelah pemerintah Indonesia yang membuka ke arah sana," katanya. Di bagian lain, ia mengatakan perkembangan bidang logistik di Indonesia cukup bagus dibandingkan dengan Malaysia terlihat dari minat terhadap pelaksanaan kursus kelogistikan. Dia memberikan contoh, pelatihan kelogistikan di Malaysia hanya dihadiri enam orang saja, padahal Pemerintah di sana memberikan biaya pendidikan yang gratis. "Sebaliknya dengan Indonesia, meski pesertanya harus membayar, namun pesertanya tetap banyak," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006