Pernyataan bersama negara-negara anggota Uni Eropa (EU) yang dipublikasikan pada Sabtu itu menyatakan keprihatinan bersama mereka mengenai situasi di Venezuela setelah pemilihan presiden beberapa waktu lalu.
"Kami mendesak otoritas Venezuela untuk segera merilis semua lembar hasil (dari tempat pemungutan suara) guna menjamin transparansi dan integritas proses pemilihan. Verifikasi ini sangat penting untuk mengakui kehendak rakyat Venezuela," bunyi pernyataan tersebut.
Sementara itu, ribuan pendukung Maduro mengikuti aksi jalan kaki dan konvoi sepeda motor melalui jalan-jalan Caracas, diakhiri dengan penyampaian pernyataan di luar istana kepresidenan Miraflores.
Ribuan pendukung Maduro menyatakan mereka turun ke jalan untuk menyuarakan perdamaian di negara itu dan merayakan kemenangan pemimpin mereka, lapor jurnalis Sputnik.
"Politik tidak boleh didasarkan pada kekerasan. Jadi, aksi ini untuk kemenangan, tetapi juga untuk perdamaian yang pantas diterima rakyat kami dan untuk stabilitas sehingga kami dapat terus bekerja, membangun kembali ekonomi," kata Wakil Presiden Pertama Majelis Nasional Venezuela, Pedro Infante.
Pemilihan presiden di Venezuela diadakan pada 28 Juli. Keesokan harinya, Dewan Pemilihan Nasional menyatakan Nicolas Maduro, yang memperoleh lebih dari 51 persen suara, sebagai pemenang.
Kelompok oposisi Venezuela mengeklaim kemenangan telak dalam pemilihan tersebut, mengacu pada lembar hasil yang mereka peroleh dari pusat pemungutan suara di seluruh negeri.
Protes oposisi massal meletus di Venezuela, dengan lebih dari 2.000 orang ditahan dengan tuduhan merusak infrastruktur negara, menghasut kebencian, dan terorisme.
Sumber: Sputnik-OANA
Baca juga: Lebih dari 2.000 ditahan menyusul unjuk rasa hasil pilpres Venezuela
Baca juga: Argentina akui Edmundo Gonzales sebagai presiden terpilih Venezuela
Baca juga: Maduro menang pilpres Venezuela dengan hasil 51,95 persen suara
Penerjemah: Primayanti
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024