Moskow (ANTARA) - Presiden Nigeria Bola Tinubu pada Minggu meminta para pengunjuk rasa segera menghentikan kerusuhan dan memulai dialog dengan pemerintah.

Pada awal Juli, serikat-serikat pekerja di negara itu menggelar aksi mogok setelah menolak upah minimum sebesar 60.000 naira (sekitar Rp598,000) per bulan yang ditawarkan oleh pemerintah federal. Angka tersebut akhirnya dinaikkan menjadi sekitar Rp695.000.

"Sebagai Presiden negara ini, saya harus menjamin ketertiban umum," kata Tinubu, seperti dikutip Daily Trust dalam siaran nasional.

"Sesuai sumpah saya pada konstitusi untuk melindungi kehidupan dan properti setiap warga negara, pemerintah kami tidak akan berdiam diri dan membiarkan sekelompok kecil massa dengan agenda politik yang jelas memecah belah negara ini," katanya lagi.

"Dalam kondisi seperti ini, saya minta pengunjuk rasa dan penyelenggara aksi untuk menghentikan protes dan memberikan ruang dialog, yang selalu saya terima dalam kesempatan sekecil apa pun."

Tinubu juga menyampaikan belasungkawa kepada pengunjuk rasa yang tewas dalam aksi protes dan mengecam vandalisme yang terjadi.

Menurut dia, vandalisme tidak sesuai dengan janji pengunjuk rasa untuk menggelar "protes damai di seluruh negara."

"Kepada mereka yang telah memanfaatkan situasi ini untuk mengancam keamanan wilayah mana pun di negara ini, waspadalah. Hukum akan mengejar kalian," katanya, memperingatkan.

Pada Jumat, surat kabar Nigeria Punch melaporkan bahwa 17 orang telah tewas dalam kerusuhan-kerusuhan yang dipicu aksi protes terhadap meningkatnya harga barang-barang.

Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: Nigeria berlakukan jam malam saat 17 pemprotes anti pemerintah tewas
Baca juga: Polisi Nigeria bubarkan pengunjuk rasa di Abuja

Penerjemah: Primayanti
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2024