Labuan Bajo (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengajak semua pihak untuk duduk bersama membahas wacana penutupan berkala Taman Nasional Komodo (TNK) agar tidak berdampak terhadap tingkat kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo.
 
"Kita perlu duduk bersama kapan waktu yang tepat, diskusi panjang, jangan 'ujuk-ujuk' beritanya ditutup, sangat mempengaruhi," kata Wakil Bupati Manggarai Barat Yulianus Weng di Labuan Bajo, Sabtu.
 
Ia menambahkan, pemerintah daerah sepakat alasan penutupan berkala TNK untuk kepentingan konservasi dan menjaga kelestarian alam kawasan TNK, namun hal tersebut tentunya harus melalui kajian ilmiah.
 
"Pemerintah daerah sepakat ada pelestarian, oke sepakat, tapi paling tidak harus dengan kajian ilmiah, mungkin dasar utama," katanya.
 
Menurut dia, alasan penutupan berkala kawasan TNK yang berada di Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) Labuan Bajo itu harus dijelaskan dengan baik kepada publik, sehingga tidak berdampak kepada minat wisatawan berkunjung ke daerah itu.
 
Warga Pulau Komodo sekaligus penjual souvenir di Loh Liang Jamain mengaku sepakat dengan penutupan berkala kawasan TNK demi konservasi dan kelestarian alam.
 
Namun demikian, ia meminta agar pemerintah mengundang masyarakat di dalam kawasan TNK untuk duduk bersama berdiskusi, sehingga tidak berdampak pada minat wisatawan berkunjung ke Labuan Bajo yang dinilai akan berdampak pada pendapatan warga dari penjualan souvenir.
 
"Kami sepakat dengan konservasi, tapi kami cari nafkah di sini dan kami ada tunggakan pinjaman di bank," katanya.
 
Melalui diskusi bersama, kata dia, pemerintah dapat melahirkan kebijakan yang tepat demi konservasi di kawasan TNK sekaligus tidak berdampak signifikan terhadap pendapatan pedagang.
 
"Walaupun jadi atau tidak jadi tapi isu sudah ke luar negeri nanti tidak ada yang datang, jadi penting duduk sama-sama dulu," katanya.
 
Sebelumnya, Kepala Balai TNK Hendrikus Rani Siga mengatakan wacana sistem buka tutup kawasan taman nasional untuk pemulihan (recovery) ekosistem kawasan akibat aktivitas wisata.
 
"Secara prinsip kawasan taman nasional butuh istirahat, butuh recovery, demikian juga sarana prasarana butuh jeda untuk dibersihkan, dirawat, dipelihara dan untuk daratan paling tidak mengurangi potensi kerusakan," katanya di Labuan Bajo, Kamis (25/7).
 
Ia juga menjelaskan kawasan perairan TNK cukup mengalami tekanan akibat aktivitas wisata, di mana terdapat kerusakan akibat kegiatan wisata seperti kapal wisata yang membuang jangkar tidak pada tempatnya, aktivitas diving, sampah, hingga limbah kapal wisata.
 
Ia menambahkan wacana sistem buka tutup kawasan TNK merupakan pengaturan jadwal kunjungan wisatawan, dan penutupan secara berkala melalui kajian ilmiah yang komprehensif oleh Balai TNK yang melibatkan sejumlah pakar seperti pakar lingkungan, pariwisata, ekonomi, sosial dan budaya.

Baca juga: BPOLBF sebut wacana penutupan berkala TNK demi jaga ekosistem

Baca juga: Balai TNK: Buka tutup kawasan demi pemulihan akibat aktivitas wisata

Pewarta: Gecio Viana
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024