Tokyo (ANTARA News) - Mutu sel telur manusia yang mendapatkan terapi penyuburan di luar rahim dan dibekukan tidak lekang menghadapi waktu dari lamanya sel telur tersebut disimpan, demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dokter satu rumah sakit di Hokkaido, Jepang, Jumat.Mutu dari sel telur manusia yang dibekukan, kemudian dikembalikan ke suhu semula dan ditanam kembali dalam rahim wanita untuk mendapatkan terapi kesuburan mempengaruhi tingkat rata-rata kehamilan dan keguguran, namun tidak berkaitan dengan lamanya waktu penyimpanan, kutip Kantor Berita Kyodo.Teknik penyuburan sel telur di luar rahim dan kemudian dibekukan diyakini dapat disimpan selama beberapa tahun, dan hal itu terbukti dengan adanya kasus keberhasilan kelahiran di Israel yang menggunakan sel telur yang disimpan selama 12 tahun.Namun, menurut para pakar kedokteran dan kebidanan di Jepang, pertanyaan yang muncul adalah apakah menyimpan sel telur beku untuk sekian lama cukup aman, atau apakah ada sejumlah sel telur tertentu saja yang mengalami perubahan, sedangkan yang lainnya tidak mengalami masalah setelah dibekukan untuk beberapa waktu lamanya.Hirofumi Hemmi adalah seorang dokter ahli endokrinologi (kelenjar khusus berkaitan untuk reproduksi) di rumah sakit Tonan di Sapporo, Jepang, yang melakukan penelitian dengan tim dokter dari rumah sakit lainnya, dan menilai bahwa hasil penelitiannya akan memberikan kepastian bagi mereka yang menyimpan sel telur dibekukan."Setidaknya, kita tahu bahwa mutu dan faktor-faktor lainnya dari sel telur yang dibekukan, tak akan berubah setelah masa delapan sampai sembilan tahun disimpan dalam keadaan beku," katanya.Penelitian tersebut melakukan pengamatan terhadap 1.790 kasus terapi penyuburan diluar rahim yang disimpan dan dibekukan kemudian dikembalikan kedalam rahim antara masa tahun 1994 dan 2005 yang dilakukan di rumah sakit Tonan.Tingkat rata-rata kehamilan berkisar antara 20 persen dan rata rata keguguran dengan catatan 29 persen. Angka rata-rata tersebut tidak terpengaruh oleh lamanya periode sel telur tersebut disimpan dalam keadaan beku.Delapan tahun dan enam bulan adalah masa penyimpanan sel telur yang paling lama yang pernah dilakukan di rumah sakit Tonan yang disertai dengan keberhasilan kehamilan dan proses kelahiran yang normal.Dalam satu kasus seorang wanita melahirkan seorang bayi perempuan dan setelah berselang enam bulan baik ibu maupun bayinya keduanya dalam keadaan baik. Hasil dari penelitian tersebut akan secara resmi dipublikasikan pada pertemuan ahli fertilisasi dan implantasi di Karuizawa, Prefektur Nagano, pada 22 September 2006, demikian Kyodo News. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006