Jakarta (ANTARA) - Perusahaan Badan Usaha Milik Negera bidang pangan ID FOOD membagikan kisah suksesnya memanfaatkan digitalisasi dan mentransformasikan cara kerja perusahaannya untuk meningkatkan produktivitas untuk komoditas gula miliknya.

Komoditas gula merupakan lini bisnis terbesar perseroan, ID FOOD berhasil meraih capaian baik dengan kemampuan mengolah lahan tebu sebesar 50.000 hektar setiap tahunnya setelah mengadopsi teknik pertanian pintar yang melibatkan penginderaan jarak jauh, sensor, dan internet of things (IoT).

"Langkah ini memberikan perbaikan signifikan dalam proses bisnis perusahaan. Dari sisi manajemen misalnya, konektivitas sistem yang dihasilkan mendukung proses pengambilan keputusan cepat dan tepat, serta membantu sistem peringatan dini yang dapat menghindarkan perusahaan dari kerugian atau kehilangan produksi," kata Direktur Manajemen Rantai Pasok dan Teknologi Informasi ID FOOD Bernadetta Raras dalam keterangan pers di Jakarta,Sabtu.

Baca juga: Digitalisasi layanan ID FOOD buahkan kemenangan di Digitech Award 2024

Sementara dari sisi produksi, penerapan pertanian pintar juga menjadi prioritas untuk menjaga akurasi pelaksanaan budidaya tebu. Mulai dari proses tanam hingga panen atau tebang, teknologi-teknologi itu membantu ID FOOD meningkatkan produksi gulanya.

Dampak penerapan pertanian pintar terlihat juga dari bobot komoditas gula yang dijual naik sebesar 5 persen pada 2023 dibandingkan tahun sebelumnya atau sebanyak 421 ribu ton.

Manfaat digitalisasi dengan pertanian pintar juga dirasakan dari sisi keuangan. Raras menyebutkan ID FOOD bisa melakukan mulai pengurangan biaya atau efisiensi dan peningkatan pendapatan.

Dari sisi bisnis, sejak menerapkan pertanian pintar, ID FOOD mendapatkan peningkatan pendapatan 14 persen dengan total pendapatan sebesar Rp5,6 triliun dibandingkan 2022. Segala pertumbuhan tersebut tentu tidak dapat dilepaskan dari penerapan digitalisasi teknologi perusahaan secara bertahap, sesuai peta jalannya memaksimalkan sistem pertanian pintar.

Smart farming berdampak finansial yang besar dibanding metode tradisional, dengan biaya tahunan yang lebih rendah untuk tenaga kerja dan peralatan. Penghematan biaya ini bisa diinvestasikan kembali ke dalam penelitian untuk meningkatkan hasil panen,” kata Raras.

Berkaca dari pengalaman ID FOOD, Raras mengajak para pelaku industri pangan bisa ikut mengambil langkah serupa melakukan transformasi digital lewat penerapan sistem pertanian pintar. Selain meningkatkan produktivitas para pelaku industri pangan, pertanian pintar dinilai mampu menguatkan ekosistem pangan nasional.

Baca juga: ID FOOD sebut 2.350 ekor sapi impor tiba bulan ini

Baca juga: INDICO perkuat ketahanan pangan nasional lewat ekosistem digital

Baca juga: Presiden meninjau simulasi penyebaran pupuk dengan drone di Merauke

Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2024