Jakarta (ANTARA) - Para petani di Dukuh Sangiran, Desa Krendowahono, Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah kini merasa optimistis.

Pasalnya, program pompanisasi yang saat ini digencarkan oleh pemerintah memberi harapan dapat meningkatkan indeks pertanaman (IP) yang tadinya hanya satu menjadi dua atau lebih dalam setahun meski saat musim kemarau.

"Harapannya, satu tahun kami bisa panen dua sampai tiga kali. Sementara ini kami cuma bisa panen satu kali," ujar Setu Wibowo, salah satu petani di Desa Krendowahono.

Sementara itu, Isal, salah satu petani di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan mengungkapkan bahwa kebutuhan air sangat mendesak karena hujan tak kunjung datang di wilayahnya untuk mengairi sawahnya yang berada di dataran tinggi.

 Isal bersyukur pemerintah hadir di saat yang tepat dalam memenuhi kecukupan air melalui pompa atau pompanisasi

Pompanisasi adalah program irigasi sawah dengan menggunakan sistem pipa yang terpasang untuk mengalirkan air dari sumber tertentu ke lahan pertanian guna memastikan ketersediaan air di musim kering.

Pompanisasi memungkinkan petani untuk melakukan irigasi tambahan saat diperlukan, menghindari kekurangan air pada tanaman, meningkatkan kesuburan tanah, dan menjaga kualitas hasil panen. Ini sangat penting dalam menjaga ketersediaan pangan yang dampaknya pada stabilitas harga di pasar.

Disadari atau tidak perubahan iklim menjadi tantangan besar bagi pertanian nasional saat ini. Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor pertanian, namun seringkali menghadapi tantangan seperti perubahan iklim, kekeringan, dan distribusi air yang tidak merata karena sistem pengairan tradisional yang ada seringkali tidak memadai, bergantung pada kondisi cuaca.

Dengan pompanisasi, air dapat dipompa dari sumber air terdekat seperti sungai, danau, atau sumur bor ke lahan pertanian, sehingga mengurangi ketergantungan pada hujan.

Distribusi pompa

Pemerintah kini tengah gencar mendistribusikan mesin pompa ke seluruh Indonesia, program ini ditujukan agar petani mampu berproduksi di sepanjang musim dan target peningkatan produksi secara nasional tercapai.

Saat ini, pemerintah sudah mendistribusikan sekitar 25.000 unit pompa ke sejumlah titik lahan pertanian, dari total rencana sebanyak 75.000 unit pompa air, dengan kapasitas 8,5-18 PK.

Menurut hitungan Kementerian Pertanian, pompa yang telah disalurkan itu setidaknya dapat mengairi sekitar 500 hektare lahan. Jika dihitung, 500 ribu hektare tersebut mampu menghasilkan 2,5-5 juta ton beras dengan rata-rata produksi 5-10 ton per hektare. Hal itu tentunya dapat mengurangi impor. Tercatat, realisasi beras impor periode Januari hingga Mei 2024 mencapai 2,2 juta ton.

Presiden RI Joko Widodo optimistis program pompanisasi yang digencarkan dapat membawa manfaat besar khususnya bagi produksi pangan nasional, mengingat sekarang ini banyak negara yang mengalami penurunan produksi beras akibat kekeringan.

Presiden menyampaikan banyak negara yang sebelumnya melakukan ekspor beras kini dipakai sendiri untuk mencukupi kebutuhan di dalam negerinya.

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengemukakan bahwa program pompanisasi adalah satu-satunya solusi cepat dalam mengatasi dampak kemarau yang terjadi pada tahun ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan, pada Juli, Agustus, September dan Oktober diprediksi akan terjadi gelombang panas dan kekeringan.

Atas dasar itu, Mentan berharap inisiatif pompanisasi ini tidak hanya mengatasi kekurangan dan pasokan air di musim kering saja, akan tetapi juga meningkatkan produktivitas dan indeks pertanaman di musim yang akan datang sehingga juga mampu meningkatkan kesejahteraan petani.

Kondisi itu tentunya memiliki efek berganda pada perekonomian pedesaan. Ketika petani memiliki pendapatan yang lebih stabil atau meningkat maka membuka kemungkinan bagi mereka untuk mengakses teknologi pertanian yang lebih canggih, yang pada gilirannya dapat meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan produksi pertanian.

Upaya pemerintah

Dalam rangka optimalisasi program pompanisasi, Kementan pun bergerak cepat dengan meningkatkan kolaborasi dengan para gubernur dan bupati agar sesegera mungkin sawah-sawah kering yang ada bisa digunakan untuk berproduksi.

Bekerja sama dengan pemerintah daerah penting untuk memastikan distribusi pompa air tepat sasaran dan sesuai kebutuhan lokal.

Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian pun meminta kepada kepala daerah segera melakukan pengecekan langsung terkait pompa yang sudah diberikan Kementan. Dia ingin, pompa yang sudah didistribusikan memiliki manfaat besar bagi kepentingan produksi pangan nasional.

Di samping itu, Kementan pun juga berkoordinasi dengan Kementerian/Lembaga lainnya, salah satunya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk memperkuat program ini.

Kementerian PUPR juga memiliki peran kunci dalam menyediakan infrastruktur yang diperlukan untuk program pompanisasi. Mentan mengaku telah berkoordinasi dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono untuk membantu optimalisasi perairan pertanian dengan perbaikan irigasi di sejumlah wilayah.

Selain mendistribusikan pompa, Kementan  memberikan pula pelatihan dan pendampingan teknis kepada petani mengenai cara penggunaan pompa air yang efektif dan efisien, termasuk manajemen air yang baik.

Kementan melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap penggunaan pompa air untuk memastikan program berjalan sesuai rencana dan memberikan manfaat maksimal.

Inisiatif pompanisasi menjadi salah satu langkah konkret pemerintah dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi petani di musim kemarau.

Dengan inisiatif ini, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian, mendukung ketahanan pangan nasional, dan mengurangi dampak negatif dari perubahan iklim terhadap sektor pertanian.

Dengan adanya dukungan yang terus menerus dari pemerintah dan partisipasi aktif dari petani, program pompanisasi dapat menjadi pilar penting dalam memastikan ketersediaan pangan yang cukup dan berkelanjutan bagi Indonesia.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024