Bantul (ANTARA News) - Kalangan petani meminta pemerintah dapat memberikan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan petani sehingga tepat sasaran.
"Kalau pemerintah mau membantu kami, mestinya harus nyambung," ujar petani asal Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul, Hery Astono di Bantul, Rabu.
Menurut dia, dibandingkan bantuan berupa pupuk atau benih padi, petani khususnya di wilayah Bantul Selatan lebih membutuhkan mesin pengepak karung.
Mesin ini digunakan untuk mengepak karung-karung berisi pupuk kompos hasil racikan mereka sendiri.
"Ironis, kompos kami melimpah, benih kami punya, kedelai kami punya, gabah kami punya, pupuk kami punya. Tetapi kami harus menerima bahan baku pertanian dari pemerintah," ujar pria yang juga adalah ketua Credit Union (CU) Tyas Manunggal ini.
Ia mengatakan, petani di wilayah Kabupaten Bantul saat ini sebagian besar telah beralih menggunakan bahan baku organik dalam pertaniannya, salah satunya pupuk organik yang diproduksi sendiri oleh petani.
"Pada tanah yang rusak, setelah diberi kompos akan langsung baik tanamannya. Tanah rusak dicangkul dan dibajak lalu dikasih kompos, besoknya sudah bagus," katanya.
Saat ini, di wilayah Bantul telah berdiri satu komunitas petani yang hanya menanam padi-palawija menggunakan benih lokal dan pupuk organik hasil buatan sendiri. Komunitas ini bernama "Lumbung Tales".
Untuk kepentingan permodalan dan bahan baku, para petani dalam komunitas ini mendapatkannya melalui CU Tyas Manunggal.
Mereka juga merupakan anggota CU ini.
Hery mengatakan, antara CU dan Lumbung Tales sebenarnya terjadi simbiosis mutualisme.
Di satu sisi, CU membantu petani untuk kepentingan penataan ekonomi, pendidikan "melek" keuangan dan permodalan bagi usahanya.
Sementara di sisi lain, para petani dalam Lumbung Tales menyediakan bahan baku organik yang dapat dimanfaatkan sesama anggota CU dan masyarakat luas.
Saat ini, produk organik yang dihasilkan petani dari Lumbung Tales di antaranya, beras putih, beras merah, beras hitam, minyak goreng, palawija, tepung beras dan minuman sehat (kencur, kunir, jahe merah dan temulawak).
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014