Changsha (ANTARA) - Dua puluh empat hari setelah tanggul jebol di danau air tawar terbesar kedua di China, Danau Dongting, berhasil ditutup, para petani padi setempat pada Kamis (1/8) mulai kembali mengolah lahan pertanian yang sebelumnya terendam banjir, bergegas untuk mengejar ketertinggalan dalam produksi pertanian.
Pada 5 Juli, jebolnya tanggul di danau yang terletak di Tuanzhou, Provinsi Hunan, China tengah, itu menyebabkan area seluas 47 kilometer persegi terendam banjir. Tim penyelamat kemudian berhasil memperbaiki kerusakan pada tanggul tersebut pada 8 Juli.
Xie Bin, kapten tim penyelamat dari pasukan penanggulangan banjir dan bantuan kekeringan provinsi itu, mengatakan lebih dari 200 juta meter kubik air perlu disedot pascabanjir. Timnya yang terdiri dari 35 orang datang untuk membantu dengan membawa 13 truk penguras air dan 300 mesin pompa air dari Changsha, ibu kota Provinsi Hunan.
Secara keseluruhan, lebih dari 3.800 personel penyelamat dari seantero China tiba di Tuanzhou dengan membawa lebih dari 1.500 set peralatan drainase air untuk bergabung dalam operasi penyelamatan.
"Deretan panjang mesin pompa air bekerja keras untuk menguras air banjir dalam beberapa hari terakhir. Saat ini, hanya sekitar 100 mesin yang dibutuhkan untuk terus bekerja dan akan meninggalkan lokasi dalam waktu dua hari mengingat pekerjaan drainase sudah selesai," kata Xie.
Lahan di tepi danau tersebut merupakan salah satu daerah penghasil biji-bijian yang penting di China. Area yang dikeringkan di Tuanzhou memiliki lebih dari 266,7 hektare sawah.
Saat ini, 30 mesin penanam padi dan 20 mesin kultivator (rotary tiller) beroperasi dengan kapasitas penuh untuk mendukung aktivitas penanaman padi.
Wei Wenfang, wakil direktur biro pertanian dan pedesaan di wilayah Huarong yang menaungi Tuanzhou, menyampaikan bahwa pemerintah setempat akan menyediakan bibit padi dan layanan pertanian gratis bagi para petani setempat yang terdampak oleh bencana itu.
"Penanaman di 200 hektare sawah akan selesai sebelum 3 Agustus," kata Wei.
Feng Zhonghe, seorang petani padi setempat, mengungkapkan bahwa dirinya telah menanam lebih dari 33 hektare padi dan kedelai sebelum banjir.
"Hasil panen padi tahun ini pasti akan mengalami penurunan akibat banjir. Namun, dengan adanya langkah-langkah pascabencana dari pemerintah untuk membantu menanam padi dan asuransi pertanian untuk mengompensasi kerugian, saya masih bisa berharap mendapatkan sedikit keuntungan dari hasil pertanian tahun ini," ujarnya.
Di saat tim penyelamat bekerja untuk mengeringkan ladang yang terendam banjir, Feng berinisiatif membeli dua pompa air untuk keperluan darurat, serta pupuk dan insektisida untuk mempersiapkan pertumbuhan tanaman padi.
Hunan mencatat curah hujan tertinggi tahun ini sejak 16 Juni, yang menyebabkan Danau Dongting meluap. Lebar kebocoran tanggul tersebut pada awalnya diketahui mencapai 10 meter, namun terus meluas hingga membuat sekitar 5.000 warga terpaksa dievakuasi.
Sejumlah besar air danau mengalir dengan deras dari lokasi kebocoran tersebut, sehingga menyulitkan upaya untuk menutupnya. Kapal dengan muatan pasir pun dikirim, sementara truk-truk dikerahkan ke lokasi untuk menutup kebocoran tersebut.
Pewarta: Xinhua
Editor: Hanni Sofia
Copyright © ANTARA 2024