Bukankah cinta adalah tiki taka juga. Cinta mengandalkan aliran umpan-umpan pendek menghunjam ulu hati kasih.

Jakarta (ANTARA News) - Berjalan perlahan dengan kepala tertunduk seakan sedang rinci menghitung helai demi helai rumput lapangan mau tidak mau memampatkan kemudian mencetuskan hembusan badai galau dari entrenador Barcelona, Gerardo "Tata" Martino.

Gerardo Martino bisa jadi melupakan dan melalaikan titel salah satu tembang sarat pesan mesra yang dilantunkan anak muda asal Liverpool, Beatles bertajuk PS I Love You.

Bolehlah, bila sesekali bahkan sesering kali Tata Martino menembang bait demi bait PS I Love you manakala nestapa "luka lama" berujung "alergi kambuh lagi".

Luka lama tak mengapa, alergi kambuh lagi juga tak mengapa. Bukankah ziarah hidup layaknya laga sepak bola sekedar gonta-ganti antara luka hari ini, dan alergi esok hari.

Tidak perlu berkecil dan berkecut hati, meski publik pecinta "Los Azulgrana" di luar sana menyumpah serapah dan menjatuhkan palu godam penghakiman bahwa Gerardo Martino salah menerapkan taktik yang berujung fatal berbuah kekalahan demi kekalahan.

Barcelona kebobolan satu gol tanpa balas ketika melawan Real Valladolid di Stadion Jose Zorilla pada jornada ke-27 ajang La Liga pada Sabtu (8/3). Ini kekalahan ketiga yang ditelan Xavi Hernandes dan kawan-kawan dalam enam laga terakhir.

Layaknya mengasihi tanpa mencintai dan tanpa pernah mengucapkan PS I Love You, total sepanjang musim ini, terhitung sudah empat kali pasukan Barca keok di hadapan lawan-lawannya. Periode Martino terhitung terburuk dalam kalkulasi cinta berujung cinta dalam lima musim terakhir.

Nyaris tidak ada alunan mesra syair berbalut notasi nada sarat cinta dari tembang PS I Love You. Dan hati Martino sedang dirundung gundah, sampai-sampai ia kehilangan kesabaran berujung amuk kemarahan kemudian mencerca asisten pelatih Sociedad, Txema Lumbreras sebagai sosok "idiot".

Ujung-ujungnya, ia disemprit kemudian dihukum tidak boleh mendampingi timnya saat melakoni laga kontra Almeria pekan berikutnya di Camp Nou. Malang tak pernah diundang, untung tak pernah dinanti, Barcelona menang 4-1 dalam laga itu.

Hati siapa tak pernah mengiba, setelah menyaksikan Real Madrid sebagai seteru lawas Barcelona, mampu melebarkan jarak di tengah sirkuit landas pacu bernama La Liga. Seraya berucap PS I Love You, Los Blancos melewati Atletico Madrid dan Barcelona setelah mengalahkan Levante 3-0 di Santiago Bernabeu, Minggu (9/3).

Ah, seakan telah saling kenal lama, dan engkau bertanya, "mengapa malam ini belum juga pergi ke peraduan?", skuad berjuluk Los Merengues meraih catatan gol terbanyak di atmosfer La Liga, selain memuncaki klasemen pada jornada ke-27, dengan mengemas 76 gol. Barca hanya mencatatkan 74 gol.

Kenangan demi kenangan berkelabatan. Selama lima tahun berjalan, Barcelona menghiasi cerah langit semesta sepak bola dengan bertabur kemenangan demi kemenangan.

Waktu berjalan, kalau-kalau dapat memutar balik jarum jam kala, Lionel Messi dan kawan kawan yang waktu itu dilatih Pep Guardiola mengoleksi puluhan gelar berskala domestik maupun internasional. Banyak pengamat bola kelas dunia komat-kamit menyebut bahwa gaya sepak bola Barcelona benar-benar spektakuler.

Tidak ingin cepat-cepat terhela dan terlena kenangan masa lampau akan Tiki-Taka, yang bahasa aslinya adalah tiqui-taca, dengan gaya sepak bola berciri umpan-umpan pendek merangsek dan pergerakan cepat, bola mengalir dari segala arah, dengan mempertahankan penguasaan bola.

Bukankah cinta adalah tiki taka juga. Cinta mengandalkan aliran umpan-umpan pendek menghunjam ulu hati kasih. Cinta menuntut pergerakan super kilat untuk memutuskan mana skema kata dan pola laku tepat sasaran tanpa hendak menyia-nyiakan waktu 2x45 menit.

Secara sembunyi-sembunyi, pujangga Erasmus menulis dalam bahasa Latin, "Amor tussisque non celatur" yang artinya cinta dan batuk tidak bisa disembunyikan.

Barca kehilangan segala sesuatunya di Zorilla Stadium. Mereka kehilangan kepercayaan dari kans, dan mereka terasa asing dengan tiki-taka. Mereka tampil menawan ketika menghadapi Manchester City di Etihad Stadium di musim ini. Semuanya ini seakan sekilas terhapus dari bawah sadar fans.

Telunjuk terarah kepada Martino sebagai biang keladi kebangkrutan. Fans mereka tidak lagi berdamai dengan nama besar masa lampau Barca. Dan Carlos Puyol segera menjadi masa lampau. Xavi Hernandez dan Andres Iniesta tidak kuasa menghentikan caci maki pendukung setia.

Fans berseru lantang, "ngeri, ngeri, jangan dekati Barca kali ini", karena mereka tidak lagi berkata PS I Love You. Dari 10 pertandingan yang mereka lakoni, Barca menuai lima kali menang, dua kali imbang dan tiga kali kalah. mereka hanya mampu mengoleksi 17 poin dari 30 poin yang harusnya mereka rengkuh.

Tata Martino bukan Pep Guardiola. Ia juga bukan Tito Vlanova, bukan juga Frank Rijkaard. Ini bukan seluruhnya kekeliruan Martino seluruhnya. Pola transfer pemain berbasis PS I Love You yang dijalankan Barca tidak dilaju secara mengesankan.

Mengapa para petinggi Nou Camp mengembangkan cinta bertepuk sebelah tangan. Mereka lebih memilih membeli dengan menggelontorkan jutaan dolar hanya untuk memboyong Neymar tetapi justru mengabaikan lini pertahanan?

Mengapa para elite Barca relatif lamban melakukan regenerasi terhadap Puyol, Xavi dan Iniesta? Mereka terlena selama lima tahun, dan baru mulai terhenyak dengan kebangkitan Bayern Muenchen musim lalu? Semua pertanyaan ini justru tidak dilakukan sebelum Martino membesut Messi dan kawan-kawan.

Barcelona kini mulai ribut-ribut mencari bos anyar pengganti Martino sampai akhir musim, menurut harian Spanyol Sport. Harian itu menulis, manajer Everton Roberto Martinez dan mantan manajer Tottenham dan Chelsea Andre Villas-Boas digadang-gadang sebagai kandidat bos tim Catalan.

Martino bergabung bersama Barcelona musim panas lalu setelah Tito Vilanova dipaksa hengkang dari klub itu lantaran ia mengalami masa penyembuhan yang relatif lama. Hanya saja pelatih asal Argentina itu perlu mengusung kredo PS I Love You kepada fans sejati.

Para pejabat dari kubu Catalan mempublikasikan bahwa mereka oke-oke saja dengan Martino, bahkan mereka ingin memperpanjang kontraknya, menurut harian Spanyol Sport.

Harian itu juga menulis bahwa direktur olahraga Andoni Zubizarreta telah mengumpulkan tujuh nama kandidat mencakup Martinez dan Villas-Boas, di samping manajer Athletic Bilbao Ernesto Valverde, manajer Celta Vigo Luis Enrique, manajer Borussia Dortmund, Jurgen Klopp, manajer Atletico Madrid Diego Simeone dan manajer Fiorentina, Vincenzo Montella.

Hernandez punya pendapat menarik. Katanya, "Kami tidak meragukan sama sekali. Filosofi kami sudah jelas. Tata pemimpin berkarakter. Ia orang sepak bola. Ia dinamis dan ia mampu merengkuh kemenangan. Hanya sekarang, tinggal profesionalisme kerja akan apa yang kita lakukan selama ini."

Berkisah seputar Gerardo Martino, kamu memilih butir tiga sebagai topik dari PS I Love You. Pepatah Latin klasik berujar "amor gignit amorem", cinta melahirkan sebuah cinta. Dan pelatih Barcelona itu merespons secepat kilat dengan mengatakan, "Kami harus merespons sesegera mungkin."
(T.A024)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014