jurnalis merupakan salah satu mitra strategis yang selalu mengiringi tim Basarnas bertugas, khususnya saat peristiwa bencana alam ataupun non-alam seperti kecelakaan pesawat atau moda transportasi lainnya
Jakarta (ANTARA) - Badan Pencarian dan Pertolongan Nasional (Basarnas) memberi pelatihan water rescue atau pertolongan di air bagi jurnalis supaya selalu siap dan mampu mengatasi kondisi ancaman bahaya saat melaksanakan tugas peliputan ke lokasi bencana.
Pelatihan tersebut diikuti sebanyak 20 orang jurnalis pilihan dari media cetak, daring, radio dan televisi, yang digelar secara terpusat di Danau Sunter, Tanjung Priok, Jakarta, pada Kamis - Jumat (2/8).
Kepala Biro Hubungan Masyarakat dan Umum Basarnas Hendra Sudirman saat ditemui di lokasi pelatihan, Kamis malam, mengatakan jurnalis merupakan salah satu mitra strategis yang selalu mengiringi tim Basarnas bertugas, khususnya saat peristiwa bencana alam ataupun non-alam seperti kecelakaan pesawat atau moda transportasi lainnya.
Pihaknya menilai dengan begitu jurnalis juga ikut serta menyusuri medan yang tergolong ekstrem dan mengundang bahaya. Seperti operasi SAR korban pesawat Sriwijaya Air SJ-182 yang jatuh di Perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, pada tahun 2021 yang menjadi salah satu contoh eratnya kerja sama antara Basarnas dengan jurnalis yang berhari-hari berada di lautan.
"Jadi kegiatan ini penting untuk jurnalis yang diharapkan menjadi bekal bagi mereka supaya siap dan mampu menghadapi berbagai situasi yang sewaktu-waktu dapat berubah, mengancam keselamatan saat ikut sama-sama bertugas," kata dia.
Pada kesempatan ini materi pelatihan yang diberikan mencakup berbagai teknik penyelamatan di air, mulai dari teknik mencapai korban (Reach), menjangkau korban (Throw), mendekati korban (Row), hingga mengangkat korban (Go).
Baca juga: Basarnas RI simulasi kecelakaan pesawat di perairan Manokwari
Selain itu, para jurnalis tersebut juga diberikan materi praktik langsung resusitasi jantung dan paru (RJP) kualitas tinggi atau perawatan darurat yang dilakukan saat pernapasan atau detak jantung seseorang terhenti. Dengan cara sederhana mulai dari memompa bagian dada manusia menggunakan tangan dengan dekompresi 100-120 kali per menit, mengukur denyut jantung melalui urat nadi, hingga pengaplikasian alat kejut.
Meski sederhana namun, menurut dia, materi-materi tersebut memiliki kapasitas yang paling dasar dan wajib dimiliki oleh setiap individu karena akan memperbesar peluang keselamatan dalam kondisi darurat.
Instruktur pelatih disiapkan langsung dari regu Basarnas Spesial Grup (BSG) untuk memberikan setiap materi tersebut sehingga peserta mendapatkan pengalaman dan hasil pelatihan dapat diserap lebih maksimal.
BSG merupakan regu terbaik Basarnas yang memiliki kemampuan fisik terlatih dan mental prima serta berkeahlian khusus dalam bidang SAR gunung hutan, penyelaman laut, medis darurat, termasuk pengoperasian perangkat berteknologi canggih.
"Maka besar harapan kami pengalaman yang didapatkan dari BSG juga bisa diajarkan para peserta kepada keluarga dan rekan seprofesinya supaya terhindar dari kondisi membahayakan atau tahu bagaimana cara mengatasinya sehingga selamat," ujarnya.
Remon, salah satu peserta pelatihan mengaku bawah dirinya mendapatkan banyak pengetahuan baru karena tidak hanya materi yang diberikan jelas tetapi juga dipraktikkan secara langsung di medan sebenarnya oleh instruktur profesional.
Jurnalis radio tersebut berharap selanjutnya ada lebih banyak jenis pelatihan dalam bidang kebencanaan yang diberikan Basarnas kepada kalangan jurnalis, seperti gempa bumi.
Dengan begitu para jurnalis bisa lebih maksimal memberikan edukasi kepada masyarakat sehingga terhindar dari bahaya gempa bumi yang rentan terjadi hampir setiap tahun di seluruh wilayah Indonesia.
Baca juga: Basarnas evakuasi satu korban mobil minibus jatuh ke Danau Toba
Baca juga: Basarnas RI lakukan uji Lakops di tiga daerah tahun ini
Baca juga: Pencarian kapal BTS BAKTI hilang di Papua resmi dihentikan
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Indra Gultom
Copyright © ANTARA 2024