Nairobi (ANTARA News) - Afrika Selatan telah mengusir seorang diplomat dari kedutaan besar Burundi terkait penyerbuan terhadap kediaman seorang jenderal Rwanda yang berada di pengasingan di Johannesburg.
Pejabat Burundi mengatakan, Senin, negaranya sedang mempertimbangkan tindakan untuk menanggapi pengusiran tersebut.
Penyerbuan ke rumah mantan pemimpin angkatan darat Rwanda, Jenderal Faustin Kayumba Nyamwasa --saat itu tidak berada di tempat, telah menimbulkan perselisihan diplomatik antara Afrika Utara dan Rwanda, yang memaksa pemerintahan kedua negara untuk saling mengusir diplomat.
Perselisihan tersebut membuat hubungan menjadi tegang antara kedua negara Afrika tersebut, yang sama-sama terlibat dalam upaya membawa perdamaian di Republik Demokratik Kongo.
Pasukan Afrika Selatan bergabung dengan pasukan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tahun lalu memerangi pemberontak --yang dikatakan para pakar PBB diukung oleh Rwanda. Kigali membantah memberikan dukungan bagi pemberontak.
"Diplomat Burundi dituduh bekerja sama dengan para tersangka," kata Gervais Abayeho, penasehat media senior untuk kepresidenan Burundi, kepada Reuters.
Ia menjawab pertanyaan tentang pengusiran dan mengacu para tersangka pada pelaku penyerbuan ke kediaman Nyamwasa.
"Burundi sedang mengkaji ulang informasi soal keputusan Afrika Selatan sebelum memberikan tanggapan," ujarnya.
Seorang sumber diplomatik, yang minta agar namanya tidak disebutkan, mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa pihak berwenang Afrika Selatan telah melacak orang-orang yang terlibat dalam penyerbuan itu, dan menyebut bahwa mereka adalah personil-personil intelijen yang memiliki kaitan dengan kedutaan Rwanda.
Nyamwasa sebelumnya pernah lolos dari percobaan pembunuhan di Johannesburg tahun 2010.
Polisi Afrika Selatan juga telah melakukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan pada Malam Tahun Baru yang menewaskan mantan kepala intelijen Rwanda, Patrick Karegeya.
Karegeya, yang berada di pengasingan di Johannesburg dan merupakan lawan Presiden Rwanda Paul Kagame, tewas di sebuah hotel di ibukota Afrika Selatan itu.
Para anggota oposisi Rwanda di pengasingan menuduh Kagame dan pemerintahannya bertanggung jawab atas kematian Karegeya dan serangan-serangan terhadap Nyamwasa serta para pengkritik di luar negeri.
Mereka membantah tuduhan Kigali sebagai pihak yang berada di belakang serangan-serangan "teroris" di Rwanda.
Kagame dan pejabat-pejabat tinggi Rwanda telah membantah terlibat dalam serangan-serangan terhadap lawan-lawan mereka yang tengah berada di pengasingan, namun menyebut mereka sebagai penghianat yang tidak usah diberi ampunan ataupun belas kasihan.
(Uu.T008)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014