Havana (ANTARA News) - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, mengadakan pembicaraan dengan para pemimpin negara berkembang di Havana, dan mendapat dukungan kuat bagi Teheran dalam menghadapi percekcokan sengit soal program nuklirnya. Perjalanannya ke ibukota Kuba berlangsung saat Amerika Serikat terus mendesak dikenakannya sanksi terhadap Iran yang telah mengabaikan batas waktu 31 Agustus untuk menghentikan pengayaan uranium. Sementara delegasinya melakukan lobi untuk mendapatkan dukungan lebih lanjut dari 118 anggota Gerakan Non Blok (GNB), Ahmadinejad mengadakan pertemuan dengan beberapa timpalannya di sela-sela pertemuan GNB dari 11 hingga 17 September. Ia mendapat dukungan kuat dari Presiden Venezuela, Hugo Chavez, selama KTT 18 negara berkembang (G-15) yang digelar bersamaan dengan pertemuan GNB hari Kamis. "Saya tidak akan beranjak dari sini sebelum ada dukungan tetap bagi Iran," kata presiden Venezuela itu, seperti dilansir AFP. Sebelumnya pada hari yang sama, Chavez mengunjungi sekutu yang juga mentornya, Fidel Castro (80) yang belum pernah tampil di muka publik sejak menjalani operasi dan menyerahkan kekuasaannya untuk sementara kepada adiknya Raul bulan Juli lalu. "Fidel lebih ceria daripada sebelumnya," kata Chavez seusai kunjungan itu. Masih belum jelas apakah pemimpin Kuba itu juga akan menerima Ahmadinejad, namum pemerintahnya telah menyatakan dukungan kuat bagi Iran dan Raul Castro (75) menghadiri KTT hari Kamis itu. Para pemimpin negara Non Blok diharapkan akan mengesahkan pernyataan yang menekankan hak Iran untuk memperoleh dan menggunakan energi dan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Ahmadinejad mengatakan kepada timpalannya bahwa "beberapa negara berusaha merintangi" dalam mencapai kemajuan agar negara-negara berkembang tetap tergantung kepada mereka dan "memaksakan tekanan politik" -- yang secara samar-samar merujuk ke upaya pimpinan AS untuk mendesak Iran menghentikan kegiatan pengayaan nuklir. Hari Rabu, Menteri Luar Negeri Iran, Manouchehr Mottaki, mengatakan di Havana bahwa Tehran bersedia "kembali mengadakan perundingan tanpa syarat dengan negara-negara yang berkepentingan untuk mengklarifikasi masalah masalah mencolok." Namun di Washington, jurubicara Gedung Putih Tony Snow bersikeras Iran harus terlebih dahulu "membatalkan kegiatan pengayaan dan pengolahan kembali and baru kami akan mengadakan pembicaraan." Negara-negara nuklir seperti India dan Pakistan juga diharapkan melakukan peran kunci selama KTT GNB pada hari Jumat dan Sabtu. Perdana Menteri India Manmohan Singh dan Presiden Pakistan Pervez Musharraf berencana mengadakan pertemuan di sela-sela KTT tersebut dalam upaya memulai kembali perundingan tentang konflik yang telah berlangsung beberapa dekade atas Kashmir. Perundingan tersebut telah macet sejak serangan bom di Mumbai yang menewaskan 183 orang bulan Juli. (*)
Copyright © ANTARA 2006