Beijing, China (ANTARA News) - Beijing menyalahkan Kuala Lumpur atas kurangnya informasi mengenai pesawat Malaysia Airlines yang hilang, setelah para keluarga 153 korban pesawat itu menyuarakan rasa frustasi atas respons baik dari Malaysia maupun China.

Pemerintah China mendesak pihak Malaysia mempercepat penyelidikan dan menyediakan informasi yang akurat nan cepat kepada China, kata juru bicara kementerian luar negeri China Qin Gang.

"Mereka (Malaysia) juga seharusnya menangani dengan baik anggota keluarga penumpang pesawat dan menindaklanjuti setiap persoalan," kata dia seperti dikutip AFP.

Qin menegaskan bahwa "insiden itu masih dalam penyelidikan", namun media massa China terang-terangan menyerang Malaysia dan maskapai nasionalnya itu dalam menangani pesawat hilang tersebut dengan menuntut keterangan hasil investigasi dan menyerukan langkah lebih cepat.

Di lain pihak, MAS mengatakan pihaknya menyediakan satu pesawat untuk membawa para keluarga dari Beijing ke Kuala Lumpur.

Media massa China juga mengkritik lolosnya dua penumpang berpaspor palsu dalam penerbangan Malaysia Airlines itu.

"Pihak Malaysia tak boleh lepas tanggung jawab," tulis koran Global Times yang dekat kepada Partai Komunis China dalam editorialnya. "Respons pertama Malaysia tidak cukup cepat. Ada celah dalam kerja Malaysia Airlines dan otoritas keamanan," sambung koran itu.

"Jika ini karena kesalahan mekanis yang mematikan atau kesalahan pilot, maka Malaysia Airlines harus dipersalahkan. Jika ini serangan teroris, maka pemeriksaan keamanan di bandara Kuala Lumpur dan penerbangan dipertanyakan."

Kekhawatiran terorisme

Koran China Daily menulis dalam editorialnya bahwa terorisme tidak bisa dikesampingkan.

"Fakta bahwa sejumlah penumpang di pesawat bepergian dengan paspor palsu mesti dianggap sebagai peringatan kepada seluruh dunia bahwa keamanan tidak boleh longgar," kata koran ini.

"Terorisme, musuh dunia, masih berupaya menodai peradaban manusia dengan darah orang-orang tak berdosa," sambung koran ini.

Di sebuah hotel di Beijing, para pejabat Kedubes Malaysia tengah memproses aplikasi visa untuk para keluarga yang ingin memanfaatkan tawaran Malaysia Airlines untuk terbang ke Kuala Lumpur guna lebih dekat dengan operasi penyelamatan.

Namun ada juga yang tak ingin pergi ke Malaysia. "Ada lebih banyak yang mesti kami lakukan di sini di China," kata seorang perempuan kepada AFP. "(apalagi) Mereka juga belum menemukan pesawat itu."

Pesawat ini hilang seminggu setelah serangan maut terhadap sebuah stasiun kereta di kota Kunming, China barat daya, di mana gerombolan penyerang menggunakan senjata tajam membunuh 29 orang dan melukai 143 lainnya.

Baik Beijing maupun Washington mengutuk penikaman massal ini sebagai aksi teror. China menuduh kaum separatis di Xinjiang melakukan aksi ini, demikian AFP.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014