Jakarta (ANTARA) - Sebuah museum yang baru dibangun akan dibuka di situs peninggalan Taosi berumur 4.300 tahun di China utara. Lebih dari 300 benda yang dipajang akan menyingkap kehidupan dan budaya masyarakat kuno.

Berlokasi di Linfen, Provinsi Shanxi, situs Taosi kemungkinan besar diyakini sebagai reruntuhan ibu kota pada periode pemerintahan Yao dan Shun, dua kaisar bijak yang berkuasa lebih dari 4.100 tahun silam. Distrik Yaodu di Linfen merupakan rumah bagi kuil dan mausoleum Yao.

Xinhua yang dikutip di Jakarta, Kamis, menyatakan, situs itu menempati area seluas 2,8 juta kilometer persegi, situs Taosi telah diekskavasi sekitar 30.000 meter persegi sejak 1978.

Budaya Taosi muncul di bagian tengah Sungai Kuning setelah budaya Liangzhu di hilir Sungai Yangtze. Kedua situs itu memberikan berbagai petunjuk yang sangat penting bagi penelitian negara-negara awal dan asal-usul peradaban China yang berumur 5.000 tahun.

Sejumlah temuan arkeologis mengindikasikan bahwa budaya Taosi telah mencapai fase awal negara dan masyarakat yang beradab.

"Penemuan reruntuhan kota bertembok dan bangunan-bangunan bermutu tinggi di Taosi mewakili terobosan yang signifikan," ujar Wang Wei, kepala ahli dalam proyek yang melacak asal-usul peradaban China. Sebelum proyek tersebut, makam-makam berukuran besar biasa ditemukan, namun situs kota dan bangunan bermutu tinggi merupakan hal yang jarang ditemukan, sehingga membatasi studi sosial pada periode tersebut, urai Wang.

Situs reruntuhan kota Taosi dikenal memiliki "zonasi fungsional" yang secara jelas menggambarkan area-area istana, bengkel kerajinan tangan, tempat penyimpanan, makam, dan ritual pengorbanan, sehingga membentuk tata letak yang komprehensif dari sebuah ibu kota.

"Bangunan utama di situs itu terletak secara memusat di utara, menampilkan konsep arsitektur poros tengah yang tersembunyi," tutur Gao Jiangtao, research fellow dari Institut Arkeologi yang dinaungi Akademi Ilmu Sosial China.

Konsep poros tengah merupakan hal yang krusial dalam perencanaan kota China kuno. Poros Tengah Beijing, yang baru-baru ini dicantumkan di UNESCO, awalnya dibangun pada abad ke-13 dan membentang sejauh 7,8 kilometer melintasi kota tua Beijing dari utara ke selatan. Saat ini, arsitektur tersebut merupakan poros perkotaan terpanjang di dunia, yang melambangkan ciri khas peradaban China.

Di Taosi, tim ahli arkeologi menemukan berbagai aksara China pada barang-barang yang ditemukan seperti cerek pipih, yang telah ada sebelum kemunculan prasasti tulang ramalan, aksara China kuno yang ditemukan pada cangkang kura-kura dan tulang hewan.

"Penemuan ini mengindikasikan bahwa sebagian kecil masyarakat di Taosi menggunakan aksara pada era tersebut," tutur Wang Wei.

Situs Taosi menghadirkan bukti awal terkait kalender astronomi pada era China kuno, dengan seluruh 24 posisi Matahari tradisional China diamati dari observatoriumnya.

"Observatorium itu menggarisbawahi bagaimana para leluhur China kuno menerapkan metode yang canggih untuk memandu pengembangan pertanian, menyiratkan pemahaman mereka terkait alam semesta, dan mencerminkan pragmatisme dan inovasi China kuno," papar Gao.

Masyarakat Taosi dicirikan oleh integrasi dan inovasi budaya. Para ahli menyatakan bahwa objek-objek yang ditemukan, seperti tembikar yang dicat, menampilkan desain yang mirip dengan benda dari daerah lain, menunjukkan adanya penyerapan unsur budaya eksternal yang aktif.

"Berbagai temuan arkeologis mengukuhkan Taosi sebagai pusat politik, ekonomi, militer, dan keagamaan lebih dari 4.000 tahun silam, yang memperlihatkan contoh terbaik dari situs peninggalan ibu kota negara," ujar Gao. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2024