Washington (ANTARA News) - Anggota Kongres Amerika Serikat, Robert Wexler, Kamis (14/9) di Washington, DC kembali menegaskan dukungannya terhadap pencalonan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai penerima hadiah Nobel Perdamaian 2006. Untuk kedua kalinya Robert Wexler mengirimkan surat kepada panitia Nobel di Norwegia agar mempertimbangkan pencalonan Presiden Yudhoyono sebagai penerima hadiah nobel perdamaian. Surat pertama dikirim pada bulan Januari tahun 2006, demikian siaran pers yang diterima ANTARA, di Washington, DC Kamis. Dalam suratnya tersebut, Wexler mengatakan bahwa tak ada kandidat lain yang lebih layak menerima hadiah Nobel Perdamaian selain Presiden Yudhoyono. Ia menyebutkan Yudhoyono telah berhasil menjadi mediator perdamaian antara pemerintah RI dan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), dengan terwujudnya suatu kesepakatan damai dalam bentuk nota kesepahaman (MOU) yang ditanda-tangani pada 25 Agustus 2005 silam di Helsinki, Finlandia. Peristiwa bersejarah itu mengakhiri 30 tahun konflik antara pemerintah RI dan GAM. Wexler yang berasal dari Partai Demokrat dan mewakili wilayah pemilihan Florida itu juga menekankan dalam suratnya kepada panitia Nobel bahwa kondisi negara Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Yudhoyono membaik, termasuk di bidang politik, ekonomi dan masalah kemanusiaan. Persoalan di berbagai bidang itu mampu diatasi Yudhoyono, meskipun Indonesia terus-menerus dilanda bencana, seperti tsunami pada tahun 2004 serta merebaknya virus flu burung. Pada bulan Agustus lalu Robert Wexler mengunjungi Indonesia dan menyempatkan diri datang ke Aceh. Di sana Wexler menyaksikan langsung kemajuan pesat yang telah dilakukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan pemerintahnya dalam mengimplementasikan kesepakatan damai yang telah ditandatangani bersama antara pemerintah RI dan GAM. Hadiah Nobel Perdamaian adalah penghargaan tingkat internasional pertama yang diberikan setiap tahun sejak tahun 1901 untuk prestasi di bidang perdamaian, sastra, kedokteran, fisiologi, kimia dan fisika. Panita Nobel di Norwegia adalah pihak yang berwenang dalam menentukan calon sekaligus memilih pemenang bagi penerima Nobel perdamaian. (*)
Copyright © ANTARA 2006