Tasikmalaya (ANTARA) - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menyebutkan kasus demam berdarah dengue (DBD) berpotensi untuk diterapkan kebijakan sebagai kejadian luar biasa (KLB) agar penanganan lebih intens karena saat ini kasusnya masih banyak ditemukan dan juga terdapat kasus kematian.

"Kota Tasikmalaya menunggu penetapan DBD, karena secara kriteria KLB memang sudah memenuhi syarat. Tetapi belum penetapan masih pembahasan," kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya Uus Supangat saat dihubungi melalui telepon seluler di Tasikmalaya, Kamis.

Ia menuturkan kasus DBD di Kota Tasikmalaya tercatat sejak Januari hingga Juli 2024 sebanyak 1.286 kasus dengan angka kematian sebanyak empat orang.

Adanya kasus DBD itu, kata dia, pihaknya membahas untuk kesiapan dinyatakannya status KLB yang saat ini keputusan itu menunggu kebijakan di jenjang pemerintahan yang lebih tinggi yakni menunggu dari Pemerintah Provinsi Jabar.

Baca juga: Pemkot Tasikmalaya tes spesifik DBD gratis di puskesmas

Baca juga: 40 orang terserang DBD di Tasikmalaya


"Tapi bila jenjang di atasnya sudah menetapkan KLB, misal provinsi menetapkan, maka kita mengikuti kebijakan yang lebih tinggi, secara resmi kota belum," katanya.

Ia mengatakan selama ini Pemerintah Kota Tasikmalaya, khususnya di Dinas Kesehatan sudah melakukan upaya teknis penanganan DBD secara masif mengedukasi masyarakat tentang gerakan serentak pemberantasan sarang nyamuk dan menerapkan 3M yakni menguras, mengubur, dan menutup tempat penampungan air.

Selanjutnya, kata dia, dilakukan upaya pengasapan fokus di daerah yang terdapat kasus DBD, kemudian pemberian obat abate untuk membunuh jentik nyamuk agar tidak berkembangbiak.

Selain itu, jajaran dinas juga melakukan diagnosa dini terhadap masyarakat yang mengeluhkan sakit dengan ciri-ciri terjangkit DBD agar bisa cepat ditangani sehingga tidak terjadi kematian.

"Bedanya (setelah KLB) hanya konsekuensi akibat penetapan KLB terutama yang berhubungan dengan pembiayaan," katanya.

Ia menambahkan, kasus DBD saat ini menyerang berbagai kalangan usia yakni anak-anak, remaja, dan dewasa atau kelompok yang mobilisasi tinggi, atau tidak hanya berdiam di rumah melainkan tempat lain seperti sekolah, dan perkantoran.

Upaya yang cukup ampuh untuk mencegah terjadinya DBD, kata dia, salah satunya dengan memberantas tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti yang menularkan penyakit DBD.

"Pemberantasan sarang nyamuk dan gerakan 3M yang kita anggap paling efektif," katanya.*

Baca juga: Kemenkes: Penambahan titik Wolbachia di Jabar tunggu hasil Ujungberung

Baca juga: Dinkes Jabar: Vaksin belum jadi solusi atasi kasus DBD

Pewarta: Feri Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024