Unjuk rasa di provinsi Timur, tempat sebagian besar dari dua juta warga Syiah kerajaan itu tinggal, meletus secara bersamaan dengan gerakan serupa di negara tetangganya, Bahrain, pada 2011.
Gerakan itu berubah menjadi kekerasan pada 2012 dan bentrokan polisi dengan pengunjuk rasa telah menewaskan 24 orang, termasuk sedikitnya empat polisi, kata pegiat.
Sepuluh ulama berpengaruh dari Provinsi Timur mengatakan dalam pernyataan yang diterima AFP bahwa "menggunakan kekerasan dan senjata untuk melawan negara ditolak dan dikutuk".
Mereka juga memperingatkan Muslim Syiah di kerajaan itu dari ancaman "dipikat untuk melakukan aksi kekerasan dan ekstremisme ... yang memperumit masalah dan melayani musuh".
Para ulama menegaskan tuntutan agama adalah mencapai "keamanan dan stabilitas di negara itu" dan bahwa "kekerasan politik menghancurkan bangsa".
Ulama yang menandatangani pernyataan itu termasuk di antaranya adalah Hassan al-Saffar yang dikenal atas perannya sebagai mediator antara demonstran dan otoritas Syiah di masa lalu.
Pernyataan itu muncul setelah beberapa pertemuan antara Khalid al-Safyan, Gubernur Qatif di Provinsi Timur, dan sejumlah pejabat Syiah yang mencoba dan meredakan ketegangan yang telah memanas di kawasan timur yang kaya minyak, kata pegiat.
Hal ini juga terjadi setelah Arab Saudi pada Jumat menerbitkan sebuah daftar yang merujuk pada kelompok "teror", termasuk kelompok kelompok gerilyawan Syiah, Hizbullah Saudi, dan gerilyawan Huthi Syiah di negara tetangga Yaman.
Pada Februari, kelompok bersenjata tak dikenal menembaki sebuah kantor polisi di desa sumber konflik Awamiya, di Qatif, yang melukai tiga polisi, sepekan setelah baku tembak di sana menewaskan dua polisi dan dua buronan penggiat Syiah.
Pada bulan Januari, kedutaan besar AS di Riyadh memperingatkan warganya agar tidak bepergian ke Awamiya setelah pria bersenjata menembaki mobil dua diplomat Jerman. Keduanya selamat tanpa cedera .
Dari lebih dari 950 orang ditangkap di awal kebangkitan Arab pada 2011 karena terlibat dalam kerusuhan di provinsi itu, 217 orang masih ditahan.
(G003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2014