Mereka (takmir dan penyuluh agama) adalah tokoh di lingkungan mereka masing-masing. Dengan pelatihan ini, diharapkan mereka dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat sekitar terhadap bencana
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) melatih takmir masjid, penyuluh agama, dan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) di Sumatera Barat (Sumbar) agar siap siaga saat menghadapi bencana alam.

"Mereka (takmir dan penyuluh agama) adalah tokoh di lingkungan mereka masing-masing. Dengan pelatihan ini, diharapkan mereka dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat sekitar terhadap bencana," kata Kasubdit Kepustakaan Islam Kemenag Nur Rahmawati dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.

Pelatihan ini digelar bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Management of Social Transformation Programme (Most UNESCO), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar. 

Nur mengatakan terdapat tiga tujuan dari pelatihan tersebut. Pertama, mampu memaksimalkan pemanfaatan pengetahuan lokal dalam meningkatkan pengurangan risiko bencana di Sumbar.

Baca juga: BKKBN gandeng penyuluh agama dan dai cegah stunting

Kedua, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membangun kesiapsiagaan dan adaptasi, melalui pendidikan literasi bencana yang inklusif dan keberlanjutan.

"Terakhir, diharapkan mampu melahirkan rekomendasi berupa kebijakan yang efektif untuk pemanfaatan pengetahuan lokal dan teknologi informasi dalam mitigasi dan manajemen risiko bencana," kata dia.

Sementara itu Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah mengatakan wilayah Sumbar  memiliki potensi bencana yang tinggi, mulai gempa bumi, tsunami, banjir, erupsi gunung api, dan lainnya.

Baca juga: Gubernur Sumbar pantau kesiapsiagaan personel antisipasi bencana

Mahyeldi berharap pelatihan tersebut dapat memberi wawasan tentang bencana dan kesiapsiagaan, terutama bagi kelompok difabel, yang paling rentan saat terjadi bencana.

"Workshop ini dapat mendukung masyarakat Sumatera Barat untuk bisa menyikapi bencana dan mengurangi risikonya," kata Mahyeldi

Sementara itu Direktur Eksekutif Most UNESCO Fakhriati mengatakan pelatihan ini merupakan respons terhadap kejadian bencana dahsyat beberapa bulan lalu di Sumbar. 

"Banjir galodo di selingkar Gunung Marapi, Kabupaten Agam dan Tanah Datar, serta banjir di Pesisir Selatan dan kabupaten lainnya menjadi perhatian kita bersama," ujarnya.

Baca juga: Gubernur: Percepat prosedur relokasi warga terdampak bencana
Baca juga: Pemulihan infrastruktur pascabencana di Sumbar butuh Rp1,6 triliun

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024