Jakarta (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, pemerataan infrastruktur digital menjadi fondasi untuk meningkatkan daya saing digital Indonesia.
“Untuk memastikan laju lokomotif ekonomi digital, beberapa hal yang diperlukan fondasi dan tantangan ke depan yang pertama infrastruktur digital yang merata,” kata Airlangga saat pembukaan Festival Ekonomi dan Keuangan Digital (FEKDI) X Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024 di Jakarta, Kamis.
Berdasarkan laporan Indeks Daya Saing Digital dari East Venture, wilayah Pulau Jawa masih mendominasi skor daya saing digital yang tinggi. Menurut Airlangga, hal ini ditopang oleh infrastruktur digital yang cukup merata di wilayah Jawa.
Namun demikian, wilayah Sulawesi Tenggara masuk ke dalam 8 besar skor tertinggi.
“Sulawesi Tenggara masuk dalam 8 besar, karena lokasi dan proyek infrastruktur digital dan Palapa Ring di Paket Tengah. Kemudian juga ini bukti bahwa pemerataan infrastruktur harus terus kita dorong,” ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan diperlukan talenta digital yang memadai guna terus mengembangkan ekonomi digital.
“Terkait dengan talenta digital ini salah satu yang adalah Provinsi Gorontalo. Gorontalo ini skornya tinggi, naik 10 peringkat ke ranking ke-20. Ini didukung oleh program lokal, Remaja Cakap Digital dari Diskominfo setempat,” ujar Airlangga.
Lebih lanjut, ia menjelaskan penguatan fondasi juga harus diikuti dengan peningkatan inklusi keuangan guna mendukung ketercapaian target inklusi keuangan.
Berbagai program seperti QR Code Indonesian Standard (QRIS) juga terus didorong melalui Dewan Nasional Keuangan Inklusif, kolaborasi pihak ketiga seperti Program Strive (Mastercard Indonesia) dan Promise 2 Impact (ILO).
Kolaborasi ini diarahkan untuk meningkatkan akses layanan keuangan, serta perluasan literasi keuangan kolaborasi Pemerintah, BI, OJK dan industri menjadi serangkaian upaya yang dilakukan untuk dapat mencapai target inklusi keuangan sebesar 90 persen di tahun 2024.
Langkah akselerasi digital menjadi fokus untuk inovasi dan investasi ke depan dengan dua hal.
Pertama, hilirisasi dari semikonduktor. Indonesia sudah dipilih oleh Amerika Serikat (AS) dalam Indo Pasific Economic Framework (IPEF) menjadi tujuh negara yang menjadi prioritas dan akan di tempatkan di The International Technology Security and Innovation (ITSI) Fund. ITSI Fund merupakan pendanaan khusus untuk semikonduktor.
Yang kedua, ekosistem kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), hal ini guna peningkatan penelitian dan pengembangan (R&D) dan juga tentunya menjadi masuk dalam beberapa kabupaten yang menjadi zona inovasi.
Di akhir tahun 2023 lalu, Pemerintah juga telah menyelesaikan kebijakan Strategi Nasional Ekonomi Digital 2030 agar sektor digital dapat berkontribusi pada PDB Indonesia secara bertahap dan akan terus meningkat mencapai 20 persen pada tahun 2045.
Pada tingkat regional, Indonesia telah mencapai kesepakatan untuk mengembangkan ASEAN Digital Economy Framework Agreement (DEFA) guna memajukan digitalisasi dan interoperabilitas.
Airlangga menjelaskan, DEFA menjadi satu-satunya kerjasama ekonomi digital dari seluruh wilayah di dunia.
“Jadi ini kita diakui juga di tingkat global. Dan dengan program ini diharapkan ekonomi ASEAN yang business as usual adalah 1 triliun dolar AS akan naik menjadi 2 triliun dolar AS. Jadi ekonomi digital Indonesia pada 2030 yang diperkirakan 360 billion dolar AS, itu akan naik menjadi 600 billion dolar AS,” pungkasnya.
Baca juga: Pemerintah siapkan infrastruktur digital pendukung pengembangan AI
Baca juga: Dirjen PPI jelaskan "Gigabit City" untuk percepat transformasi digital
Baca juga: Infrastruktur dan talenta digital kunci kedaulatan negara
Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024