Brussel (ANTARA) - Output perekonomian zona euro naik 0,3 persen dalam basis kuartalan pada kuartal kedua (Q2) tahun ini, menurut kantor statistik Uni Eropa (UE) pada Selasa (30/7). Hal ini mengindikasikan bahwa zona tersebut telah melanjutkan pemulihannya dengan laju moderat, meski prospek untuk akselerasi ekonomi lebih lanjut masih belum jelas.

Pertumbuhan ekonomi zona euro pada Q2 tetap stabil di angka 0,3 persen, tidak berubah dari Q1. Dalam basis tahunan (year on year/yoy), Produk Domestik Bruto (PDB) zona euro tumbuh 0,6 persen, menurut rilis statistik Eropa (Eurostat).

Data terbaru menunjukkan bahwa setelah stagnasi pada 2023, ekonomi kawasan ini mulai "pulih secara perlahan," kata Bert Colijn, ekonom senior di ING Bank, dalam sebuah catatan.

Irlandia mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 1,2 persen pada Q2, sementara Spanyol tetap menjadi pendorong pertumbuhan zona euro dengan pertumbuhan 0,8 persen dalam basis kuartalan.

Sebaliknya, perekonomian Jerman, yang merupakan perekonomian terbesar di zona euro, mengalami kontraksi 0,1 persen, membalikkan tren pertumbuhan positif yang terlihat pada Q1. Untuk Prancis, pertumbuhan PDB berada di angka 0,3 persen pada Q2, tidak berubah dari kuartal sebelumnya.

Meskipun data ekonomi pada Q2 melampaui ekspektasi dan ada potensi sedikit dorongan dari Olimpiade Paris, para ekonom tidak sepenuhnya yakin bahwa paruh kedua (H1) tahun ini akan dimulai dengan kuat.

Colijn mengungkapkan kekhawatirannya mengenai masa depan, mengutip data termasuk penurunan Indeks Manajer Pembelian (Purchasing Manager Index/PMI) zona euro selama dua bulan terakhir.

Indeks komposit PMI pada Juli untuk zona euro melemah di angka 50,1, turun dari 50,9 pada Juni, dan hanya sedikit di atas ambang 50 yang membedakan antara ekspansi dan kontraksi.

Komisi Eropa juga menerbitkan indikator sentimen ekonomi pada Selasa, yang menyoroti penurunan signifikan dalam tingkat keyakinan sektor jasa dan perdagangan retail.

Ke depannya, "pertanyaannya tetap yakni ke arah mana ekonomi akan bergerak selanjutnya, namun data-data terbaru tidak memberikan banyak keyakinan bahwa ekonomi zona euro akan berakselerasi lebih lanjut," ujar Colijn.

Data zona euro pada Selasa muncul setelah European Central Bank (ECB) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga pada pertemuan awal bulan ini. Keputusan ini mengikuti perubahan kebijakan besar pada Juni, ketika ECB menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin, yang menandai pemangkasan pertama sejak September 2019.

Apakah ECB akan kembali menurunkan suku bunga pada September mendatang masih belum dapat dipastikan, sebut para analis.

Untuk ECB, lingkungan ekonomi saat ini menunjukkan bahwa penurunan suku bunga masih menjadi sebuah kemungkinan, di saat permintaan domestik tampaknya tidak berpotensi mendorong inflasi yang signifikan, menurut Colijn.

Para ekonom lain memperkirakan bahwa ECB tidak akan terburu-buru untuk melonggarkan kebijakan moneternya secara signifikan.

"Kami masih berpikir bahwa pemangkasan suku bunga deposito sebesar 25 basis poin kemungkinan besar akan terjadi pada September, tetapi data yang dirilis pada hari ini mungkin sedikit meningkatkan peluang untuk penundaan," ujar Jack Allen-Reynolds, wakil kepala ekonom zona euro di Capital Economics.

Pewarta: Xinhua
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2024