Jakarta (ANTARA) -
Beberapa peristiwa humaniora terjadi di Tanah Air di sepanjang Rabu (31/7). Di antaranya, RSHS Bandung ungkap pasien anak cuci darah bukan karena minuman manis hingga Kalsel lakukan modifikasi cuaca lebih awal antisipasi karhutla.
 
Berikut rangkuman berita selengkapnya yang masih menarik untuk dibaca.
 
RSHS Bandung ungkap pasien anak cuci darah bukan karena minuman manis
 
Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung mengungkapkan pasien anak yang sedang menjalani cuci darah atau hemodialisis di rumah sakit tersebut bukan karena minuman manis.
 
Konsultan Nefrologi Anak RSHS Prof Dany Hilmanto menyampaikan bahwa pasien anak yang saat ini menjalani cuci darah telah memiliki riwayat penyakit gagal ginjal yang sudah lama ataupun memiliki kelainan bawaan.
 
“Karena memang penyebabnya cuci darah pada anak kebanyakan ada dua sebab, yaitu kelainan struktur dan adanya penyakit glomerulus pada ginjal,” katanya di Bandung, Rabu.
 
Selengkapnya baca di sini
 
BNPB: Waspadai potensi banjir awal Agustus di Indonesia tengah-timur
 
Pimpinan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) meminta semua pihak untuk mewaspadai potensi banjir disertai tanah longsor pada awal Agustus di sebagian daerah Indonesia bagian tengah dan timur.
 
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari di Jakarta, Rabu, mengatakan bahwa wilayah Indonesia bagian tengah dan timur mayoritas masih akan diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga deras pada dasarian I Agustus yang dipengaruhi oleh fenomena atmosfer gelombang ekuator.
 
Selain itu potensi hujan juga akan meningkat dibandingkan hari sebelumnya dalam sepekan ke depan. Menurut dia hal tersebut diketahui merujuk dari hasil analisa tim Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang memprakirakan wilayah Indonesia akan kembali menghadapi fenomena La Nina..
 
Selengkapnya baca di sini
 
BMKG: Waspada karhutla dampak angin kencang 3-4 hari ke depan di NTT
 
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebagai dampak angin kencang dalam tiga hingga empat hari ke depan.
 
"Waspada karhutla, karena hari ini angin mencapai 35 knot," kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang Sti Nenotek di Kupang, Rabu.
 
Ia menjelaskan peningkatan kecepatan angin di wilayah NTT disebabkan aktifnya Monsoon Timur dan besarnya perbedaan gradient tekanan Australia-Asia. Angin kencang ini pun masih berlangsung tiga hingga empat hari ke depan dengan kecepatannya mencapai 25 knot.
 
Selengkapnya baca di sini
 
Petugas kebersihan Whoosh kembalikan barang temuan senilai Rp50 juta
 
Garuda Daya Pratama Sejahtera (GDPS) yang merupakan bagian dari Garuda Indonesia Group memberikan apresiasi kepada onboard cleaner atau petugas kebersihan karena melaporkan dan mengembalikan temuan barang senilai Rp50 juta di Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Whoosh.
 
Direktur SDM & Operasi PT GDPS Vicky Firmansyah di Tangerang, Rabu, mengatakan barang yang ditemukan berupa laptop, iPhone 15 Pro Max, dan iPhone 14, pada 13 Juli 2024. Adapun yang menemukan adalah Deni Aeppudin, seorang petugas kebersihan PT GDPS yang bertugas pada saat itu.
 
“Tindakan Deni Aeppudin mengembalikan barang tersebut merupakan salah satu implementasi PURE sebagai budaya perusahaan dalam mencapai keunggulan operasional dan memberikan pelayanan yang luar biasa kepada setiap pelanggan,” kata dia.
 
Selengkapnya baca di sini
 
Kalsel lakukan modifikasi cuaca lebih awal antisipasi karhutla
 
Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) melakukan operasi modifikasi cuaca (OMC) lebih awal hingga selama 11 hari ke depan untuk mengantisipasi bencana kebakaran hutan dan lahan (karhutla) pada musim kemarau.
 
“Pembasahan lahan gambut dilakukan lebih awal. Ini merupakan langkah preventif menghadapi ancaman karhutla,” kata Gubernur Kalsel Sahbirin Noor di Banjarbaru, Selasa.
 
Dia menjelaskan OMC di langit Kalsel ini sebagai tindak lanjut rekomendasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) karena perubahan iklim yang diperkirakan mulai memasuki musim kemarau.
 
Selengkapnya baca di sini

 

Pewarta: Hana Dewi Kinarina Kaban
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024