...industri pengolahan di negara-negara mitra dagang masih mendapatkan banyak dukungan subsidi...
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan perlu ada sinergi antara kementerian/lembaga dalam sebuah kebijakan yang dibuat untuk menjaga stabilitas industri, sehingga memacu pemajuan ekonomi nasional.

Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief di Jakarta, Rabu, mengatakan Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Juli 2024 yang mengalami pelemahan 0,10 poin menjadi 52,40, menjadi bukti perlu ada sinergi bersama dalam menjaga sektor pengolahan (manufaktur).

"Berdasarkan hasil analisis Tim Indeks Kepercayaan Industri Kementerian Perindustrian, industri pengolahan di negara-negara mitra dagang masih mendapatkan banyak dukungan subsidi. Sama halnya di Indonesia, mereka menyadari bahwa industri pengolahan merupakan penopang utama perekonomian yang memiliki multiplier effect yang tinggi mulai dari penyerapan tenaga kerja, peningkatan daya beli masyarakat, dan berakhir pada pertumbuhan ekonomi nasional,” kata dia.

Baca juga: Kemenperin: IKI Juli 52,40 poin, tiga sektor mengalami penurunan

Ia mengatakan, beberapa kebijakan, terutama terkait harga gas industri, pengamanan pasar dalam negeri, dan inflasi memberikan pengaruh signifikan pada kondisi manufaktur di Indonesia.

Ia menjelaskan, berdasarkan data IKI pada Juli 2024, penurunan pesanan terjadi hampir di seluruh subsektor industri yakni dari 23 subsektor, 15 di antaranya mengalami penurunan pesanan baru. Kondisi ini tentu saja berdampak pada pola pembelian barang yang berorientasi pada harga dan penurunan keberanian untuk berspekulasi mendapatkan kredit pembiayaan.

"Kondisi ini menunjukkan pentingnya peran kebijakan yang sinergis dalam pembangunan industri pengolahan," katanya.

Baca juga: Kemenperin gelar pameran industri olahraga guna dukung DBON

Sebelumnya, Kemenperin menyatakan IKI pada Juli 2024 turun ke angka 52,40 poin, dengan tiga subsektor yakni tekstil, industri kertas dan barang kertas, serta industri mesin dan barang peralatan yang tidak termasuk dalam lainnya (Ytdl) mengalami kontraksi atau penurunan kontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional.

Menurut dia, penurunan kontribusi tiga subsektor industri tersebut dikarenakan beberapa faktor, seperti relaksasi impor, kenaikan harga gas global, suku bunga, nilai tukar mata uang, serta faktor musiman yang mengakibatkan turunnya permintaan pesanan di pasar domestik.

Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024