"Jadi pendelegasian untuk mengasuh anak dan mendidik anak itu diserahkan kepada orang lain," kata Vera dalam forum diskusi Denpasar 12 yang diikuti secara daring di Jakarta, Rabu.
Psikolog klinis anak dan remaja dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia itu mengatakan pengasuhan dari orang tua yang seperti itu akan berpengaruh pada kesehatan mental anak.
Gangguan kesehatan mental diawali dengan anak berpikir bahwa dirinya sendiri tidak bisa dipahami dan tidak bisa dimengerti oleh orang tuanya.
Baca juga: Orang tua diingatkan agar didik anak sesuai dengan zaman digitalisasi
Baca juga: KemenPPPA: Ibu adalah aktor utama dalam pemenuhan hak anak
Menurut Vera, orang tua mestinya sejak dini membiasakan diri untuk memenuhi kebutuhan anak, secara fisik maupun emosi, dengan berkomunikasi di dalam pengasuhan.
Mengawali komunikasi dengan anak itu, kata Vera, bisa dengan menanyakan, 'apakah kamu memiliki kesulitan? Kalau ada ayo kita cari solusinya'.
Vera mengatakan orang tua yang abai, tidak siap menjadi orang tua, tidak paham tumbuh-kembang anak, menjadi salah satu tantangan menggapai target menjaga kesehatan mental anak dan remaja untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Sementara itu menurut Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr Tjut Rifameutia, M A, Psikolog, disfungsi keluarga yang banyak terjadi saat ini karena figur ayah atau ibu tidak berperan sebagaimana layaknya ayah atau ibu.
Ini menimbulkan masalah kesehatan mental pada anak di mana gejalanya antara lain penurunan energi dan kognitif, gejala somatik, cemas, hingga depresi.
"Karena kebutuhan anak, baik secara emosional maupun secara fisik, baik dari sisi gizi ataupun kasih sayang, itu tidak diperoleh dari keluarganya," kata Rifameutia.
Baca juga: Kemenko PMK: Kehadiran ayah dalam pengasuhan cegah pelecehan seksual
Baca juga: KemenPPPA tekankan pengasuhan layak anak cetak anak berpribadi baik
Baca juga: Pakar sebut kakek/nenek mesti kenali tahapan perkembangan cucu
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024