Divisi Media dan Komunikasi Strategis dari Kantor Perdana Menteri Malaysia dalam sebuah pernyataan di akun media sosialnya diakses di Kuala Lumpur, Rabu, mengatakan tindakan itu ternyata memperlihatkan diskriminasi terhadap situasi di Palestina dan pemimpin negara tersebut.
PMO Malaysia dalam pernyataannya tersebut menuntut penjelasan terkait hal itu, dan mendesak Meta memohon maaf.
PM Anwar Ibrahim melakukan pertemuan dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Qatar pada Mei lalu dan foto pertemuan itu dibagikan melalui akun media sosialnya, salah satunya di Instagram.
Dalam unggahan berbeda ia mengatakan bahwa pertemuan pada bulan Mei itu untuk membantu menemukan solusi damai atas konflik yang sedang berlangsung antara Israel dengan Palestina.
Ia juga mengatakan menggunakan kesempatan itu untuk memohon kepada Ismail Haniyeh untuk mengindahkan seruan perdamaian, menerima solusi dua negara terhadap konflik Israel dan Palestina, dan melakukan pertukaran tahanan.
Anwar mengatakan Malaysia menghargai kesediaan Hamas untuk melepaskan tahanan, terutama anak-anak dan perempuan, membebaskan semua tahanan dan menyetujui rencana perdamaian. Hamas mengumumkan pada Rabu pagi bahwa Haniyeh tewas dalam serangan udara Israel di kediamannya di Ibu Kota Teheran, Iran.
Televisi pemerintah Iran juga melaporkan kematian Haniyeh, dengan menyatakan bahwa penyelidikan atas pembunuhan tersebut sedang berlangsung dan hasilnya akan segera diumumkan.
Baca juga: Turki, Qatar kutuk pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh
Baca juga: Presiden Iran: Penjajah akan menyesal telah bunuh pemimpin Hamas
Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024