Seoul (ANTARA) - Badan Intelijen Nasional (NIS) Korea Selatan mengamati hubungan antara Korea Utara dan China secara seksama di tengah tanda-tanda dugaan yang menunjukkan hubungan kedua negara itu semakin renggang.
Badan tersebut pada Rabu menjelaskan pihaknya memantau setiap pergerakan yang tidak biasa setelah mengetahui bahwa tampaknya pemimpin Korea Utara Kim Jong-un telah menginstruksikan sejumlah diplomatnya yang ditempatkan di China "untuk tidak mempedulikan Beijing" saat mereka bertugas.
Laporan surat kabar Korea Selatan, JoongAng Ilbo, yang mengutip sumber anonim menjelaskan bahwa sebelumnya pada Rabu pagi Kim telah memberikan arahan tersebut kepada beberapa diplomat Korea Utara di China.
Jika itu benar, hal tersebut memperkuat spekulasi keretakan antara Pyongyang dan Beijing meningkat. Berbeda dengan hubungan Korea Utara yang semakin erat dengan Moskow yang menjadi lebih jelas setelah kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke Pyongyang bulan lalu.
Dugaan Pyongyang dan Beijing "menjauh" telah mendapat perhatian setelah China mencabut plakat jejak kaki yang dipasang di salah satu jalan di Dalian pada Mei. Jalan tersebut merupakan tempat Kim dan Presiden China Xi Jinping berjalan bersama saat kunjungan Kim ke Provinsi Liaoning pada 2018 lalu.
Selain itu, Korea Utara menyampaikan kecaman atas pernyataan bersama antara Korea Selatan, China, dan Jepang setelah ketiganya bertemu di pertemuan puncak trilateral pada Mei lalu.
Kecaman tersebut merupakan sebuah reaksi yang sangat tidak biasa dari Pyongyang terhadap hasil pertemuan diplomatik yang melibatkan Beijing, sekutu tradisionalnya dan dermawan ekonomi sejak lama.
Beberapa pembelot Korea Utara juga menyatakan otoritas Korea Utara mulai membatasi transaksi berbasis yuan China di pasar.
Sumber: Yonhap
Baca juga: Kim Jong Un serukan hubungan lebih erat militer Korut-Rusia
Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2024