Komunikasi berbasis ilmiah akan terus kami galakkan, bahkan kepada pihak-pihak yang mungkin belum banyak terlibat dalam diskusi ini, seperti anggota parlemen
Jakarta (ANTARA) - Badan Pangan Nasional (Bapanas) menegaskan komitmen pemerintah dalam menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pengembangan dan pemanfaatan bioteknologi, merespons keraguan masyarakat tentang keamanan pangan hasil rekayasa genetika.

Direktur Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Bapanas, Yusra Egayanti, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu, mengakui bahwa penerapan bioteknologi masih mendapatkan pro dan kontra dalam beberapa tahun ini, oleh karena itu pemerintah terus berupaya mengintensifkan sosialisasi dan advokasi untuk menghilangkan kesalahpahaman tentang bioteknologi

Yusra mengatakan bahwa sosialisasi ini sangat penting tidak hanya bagi masyarakat awam, tetapi juga seluruh pemangku kepentingan yang terlibat dalam rantai pangan, mulai dari petani, distributor hingga konsumen.

Pemerintah menekankan bahwa penggunaan bioteknologi harus berdasarkan kajian ilmiah yang ketat. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Ratifikasi Protokol Cartagena telah mengatur mengenai pendekatan kehati-hatian terhadap produk rekayasa genetika (PRG), yang merupakan salah satu hasil dari penerapan teknologi bioteknologi.

Hanya produk yang telah dinyatakan aman bagi pangan, pakan, dan lingkungan yang diperbolehkan untuk dibudidayakan dan dikonsumsi.

"Komunikasi berbasis ilmiah akan terus kami galakkan, bahkan kepada pihak-pihak yang mungkin belum banyak terlibat dalam diskusi ini, seperti anggota parlemen," kata Yusra.

“Karena saat rapat dengar pendapat dengan DPR, masih ada beberapa anggota yang berasumsi bahwa GMO itu berbahaya bagi kesehatan,” lanjut dia.

Indonesia telah melakukan penelitian dan pengembangan tanaman PRG dengan tujuan meningkatkan produktivitas pertanian dan ketahanan pangan.

Sampai saat ini, Pusat Perlindungan Varietas Tanaman dan Perizinan Pertanian (PPVTPP) Kementerian Pertanian telah melakukan pelepasan pada 10 tanaman PRG, yang terdiri atas 8 jenis jagung PRG, 1 kentang PRG, dan 1 tebu PRG.

Kepala PPVTPP Leli Nuryati menyatakan, dalam melakukan pelepasan varietas tanaman PRG, pihaknya selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian yang sangat ketat.

“Di lapangan, benih PRG nyatanya sangat dinantikan para petani kita. Pada dasarnya mereka sangat siap untuk mengelola varietas unggulan ini. Tugas kita adalah memastikan proses pelepasan yang sesuai aturan dan prosedur, serta meminimalisir produk palsu yang merugikan petani,” ujarnya.

Bioteknologi diyakini sebagai solusi potensial untuk mengatasi berbagai kendala dalam sektor pertanian Indonesia dan mencegah terjadinya krisis pangan di masa depan.

Menurut Biotechnology and Seed Manager CropLife Indonesia Agustine Christela, penerapan benih bioteknologi memungkinkan petani untuk meminimalisir potensi kehilangan hasil.

Benih bioteknologi dirancang untuk memiliki sifat unggul. Artinya, ketika ditanam, tanaman yang dihasilkan bisa lebih resisten terhadap hama, gulma, penyakit ataupun kondisi lingkungan ekstrem.

Menurut Agustine, dengan pemanfaatan benih bioteknologi, potensi kehilangan hasil pertanian bisa ditekan hingga 10 persen, yang berarti ada peningkatan produksi panen yang signifikansi bagi petani di lahan terbatas.

Baca juga: Benih bioteknologi jawaban atas ancaman krisis pangan Indonesia
Baca juga: Airlangga: RI-AS bahas kerja sama bioteknologi pertanian
Baca juga: Menperin dorong pengembangan bioteknologi berbasis mikroalga

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2024