Agar mereka mempunyai rasa memiliki terhadap kehadiran candi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan.
Jambi (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan proses revitalisasi Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muarajambi di Provinsi Jambi tetap memprioritaskan aspek ekosistem lingkungan serta budaya masyarakat.

"Kami memahami bahwa revitalisasi KCBN Muarajambi tidak hanya tentang melestarikan warisan budaya, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan hidup," ujar Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah V Jambi Agus Widiatmoko di Jambi, Rabu.

Saat ini proses revitalisasi masih berlangsung, baik untuk candi-candi maupun kanal-kanal. Ada empat candi yang masih dalam tahap ekskavasi maupun pemugaran yakni Candi Koto Mahligai, Candi Parit Duku, Candi Menapo Alun-alun, dan Candi Sialang.

Sementara 11 candi seperti Kedaton, Gedong, dan Astano telah selesai proses pemugarannya.

Baca juga: Kemendikbud gandeng warga lestarikan warisan pangan Muarajambi

Baca juga: Ritual Tegak Tiang Tuo mengawali revitalisasi KCBN Muarajambi


Tak hanya pemugaran dari sisi candi, kanal-kanal purba yang menyertainya ikut diperbaiki tanpa menghilangkan identitas aslinya. Kanal-kanal tersebut ada yang hanya mengelilingi candi maupun ada saling menghubungkan antara satu candi ke candi lain.

Kanal-kanal ini dulunya memiliki peran penting dalam sistem irigasi, penampung air, pengendali banjir hingga transportasi masyarakat setempat.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat 115 candi, kanal, maupun menapo (gundukan diduga candi) yang berada di kawasan seluas 3.981 hektar tersebut. Lokasinya terpisah-pisah.

Menurut Agus, candi letaknya berada di dalam hutan sudah banyak tertutup pohon. Saat proses ekskavasi dan pemugaran tidak semua pohon ditebang. Sebagian pohon dibiarkan tetap utuh di atas maupun sekitar bangunan candi, layaknya Angkor Wat di Kamboja.

Candi Koto Mahligai misalnya, sebelum dilakukan revitalisasi, sisi tengah dari candi utama telah ditumbuhi pohon. Peneliti tidak menebang pohon tersebut karena berhubungan dengan struktur batu penyusun candi yang dikhawatirkan berubah dan rusak.

Menurutnya, langkah ini juga akan menghindari rusaknya lapisan tanah, akar pohon, dan temuan-temuan penting yang ada di dalam tanah kawasan tersebut.

"Oleh karena itu, kami memastikan bahwa proses revitalisasi dilakukan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan dampaknya terhadap alam, termasuk melakukan ekskavasi secara manual dengan tangan manusia," kata dia.

Di samping itu, sejumlah program pengembangan dilakukan untuk mengaktivasi nilai-nilai budaya setempat. Sejumlah kegiatan telah digelar dan akan terus berlanjut.

Ia mencontohkan kegiatan tersebut seperti Pasar Dusun Karet (Paduka) serta pasar apung yang menjadi pusat aktivitas warga dalam menawarkan berbagai produk olahan bumi dan produk kreativitas lainnya.

Bahkan KCBN Muarajambi juga kini tengah membuat dua perahu yang dibuat semirip mungkin sesuai dengan temuan artefak yang terlukis/pahat di bata penyusun candi.

"Poin penting adalah keterlibatan masyarakat sekitar dalam proses pengembangan, baik saat ekskavasi, pemugaran, dan lainnya. Agar mereka mempunyai rasa memiliki terhadap kehadiran candi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan," kata dia.

Apabila sesuai agenda, candi yang masih dalam tahap ekskavasi dan pemugaran ini dapat selesai pada Oktober tahun ini.*

Baca juga: Gubernur: Edukasi penting dalam revitalisasi KCBN Muarajambi

Baca juga: Pemerintah revitalisasi KCBN Muarajambi, lindungi warisan budaya

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024