Kota Gaza (ANTARA News) - Di dalam masyarakat tradisional yang konservatif, perempuan tak memiliki banyak ruang untuk melakukan usaha atau mengisi lapangan kerja, tapi buat Mona Ghalayani --seorang pengusaha kondang di Jalur Gaza-- keadaan sangat berbeda.
Mona Ghalayani, yang berusia 43 tahun, adalah contoh unik keberhasilan di tengah kerusuhan politik dan kesulitan ekonomi yang dihadapi masyarakat daerah kantung Palestina yang menghadapi blokade Israel itu.
Mona adalah pemegang ijazah bisnis dari satu universitas Jordania. Perempuan tersebut merintis karir pada usia 32 tahun, sebagai pegawai di satu restoran di Jalur Gaza.
Lima tahun kemudian, Mona memutuskan untuk mengawali usahanya sendiri, dan sekarang ia memiliki dua restoran indah dan satu hotel cantik yang menghadap pantai Jalur Gaza.
Bagian pertama impiannya terwujud ketika ia menyewa satu hotel kecil di Kota Gaza melalui kemitraan dengan dua pria pengusaha setempat, seperti dilaporkan kantor berita Xinhua.
Tak lama setelah itu, ia membuka restoran cepat saji pertama di Jalur Gaza.
Keberhasilan proyeknya menghasilkan dibukanya restoran Roots, salah satu restoran paling berkelas di kota tersebut.
Buat Mona Ghalayani, prestasi paling utamanya ialah hotel bergaya Barat di Pantai Laut Gaza. Biayanya lebih dari dua juta dolar AS.
Mona percaya bahwa tekadnya dan kepribadian yang kuat adalah alasan utama di balik keberhasilannya.
"Jika anda memiliki keinginan, anda dapat melakukan apa saja. Saya telah mengukir prestasi di tengah kondisi ekonomi dan politik sulit yang kami hadapi," katanya.
Proyek pariwisata Mona saat ini, dengan 120 pegawai, menghasilkan lima juta dolar AS.
Perempuan yang selalu tersenyum itu dilahirkan di dalam keluarga dengan penghasilan rata-rata. Keberhasilannya adalah fenomena langka di dalam masyarakat konservatif Jalur Gaza.
Perempuan berjumlah 17,4 persen dari tenaga kerja di sana, tapi memiliki kesempatan yang sangat kecil.
Mona Ghalayani percaya bahwa untuk menjadi wanita pengusaha yang berhasil orang harus memiliki ambisi, selain dukungan dari keluarga dan teman. Ia beruntung karena memiliki semua unsur tersebut.
"Kami membantu dia dengan segala cara dan selalu mendukung gagasannya," kata Abu Salah, saudara lelaki Ghalayani.
Abu Salah mengatakan keluarganya mendukung dia sebab mereka tahu betapa cerdiknya Mona.
"Ia memiliki sasaran, dan ia telah mencapainya. Sungguh, saya sangat bangga pada saudari saya," kata Abu Salah.
Di luar keluarganya, Mona Ghalayani juga berhasil dalam hubungan sosial. Ia memiliki hubungan sangat baik dengan hampir setiap orang yang ia kenal, dan bahkan telah mewakili Palestina dan berbagai pertemuan ekonomi yang diselenggarakan di Amerika Serikat.
Namun, keberhasilannya melucuti peluangnya untuk memiliki keluarga sendiri, sebab ia menghabiskan kebanyakan waktunya untuk mengurus usahanya.
Perempuan mesti memiliki peran lebih besar di dalam masyarakat Palestina dan kesempatan untuk menjadi bagian utama tenaga kerja, kata Mona Ghalayani.
"Langkah pertama selalu menjadi langkah yang paling sulit. Perempuan Jalur Gaza yang ambisius mesti melakukan tindakan maju guna mewujudkan sasaran mereka," demikian kesimpulan Mona Ghalayani.
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014