Caracas (ANTARA) - Venezuela akan meminta bantuan Rusia dan China untuk menilai serangan siber pada sistem pemilihan presiden yang baru saja berlangsung di negara tersebut, kata Presiden Nicolas Maduro. Pada Selasa (30/7), Maduro mengadakan pertemuan Dewan Negara untuk membahas berbagai masalah dalam negeri, termasuk kerusuhan di kota-kota dan serangan siber.

"Pada pertemuan itu, diputuskan untuk membentuk komisi khusus untuk menilai serangan tersebut, dengan bantuan Rusia dan China, yang merusak sistem komunikasi dari dewan pemilihan nasional," kata Maduro pada Selasa.

Sebelumnya pada Senin (29/7), Maduro mengatakan sistem Dewan Pemilihan Nasional Venezuela mengalami serangan siber besar-besaran pada hari pemilihan presiden berlangsung.

Pemilihan presiden pada 28 Juli menyimpulkan bahwa Nicolas Maduro memenangkan masa jabatan ketiga.

Pengumuman hasil tersebut memicu protes di Ibu Kota Karakas dan sekitarnya hingga dilaporkan menimbulkan bentrokan antara polisi dan pendukung oposisi.

Pemerintah Venezuela menuduh beberapa negara melakukan campur tangan dalam pemilihan.


Sumber: Sputnik-OANA

Baca juga: PBB desak tokoh menahan diri dari kekerasan pasca Pilpres Venezuela

Baca juga: Venezuela hentikan hubungan dengan negara yang ragukan hasil pilpres


 

Maduro jadi Presiden Venezuela tiga periode, janji cegah kekerasan

 

Penerjemah: Primayanti
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2024