Ankara (ANTARA) - Uni Eropa (EU) telah meminta transparansi dan penghormatan atas hak asasi manusia setelah pemilihan presiden Venezuela yang dimenangkan presiden petahana Nicolas Maduro, namun pihak oposisi menyatakan terjadi kecurangan.

“UE mengakui komitmen oposisi terhadap proses pemilu meskipun kondisinya tidak setara. Keinginan rakyat Venezuela harus dihormati,” kata sebuah pernyataan dari kantor kepala kebijakan luar negeri Josep Borrell.

Dikatakan bahwa hasil pemilu tidak bisa dianggap representatif sampai semua catatan resmi pemungutan suara dipublikasikan dan diverifikasi.

Blok tersebut meminta Dewan Pemilu Nasional Venezuela untuk memastikan transparansi maksimal dalam membuat tabulasi hasil, termasuk menyediakan akses langsung ke catatan pemungutan suara dan mempublikasikan hasil pemilu secara rinci.

Dengan kekhawatiran atas tuduhan penangkapan dan intimidasi terhadap anggota oposisi dan masyarakat sipil, UE menyerukan pembebasan segera semua tahanan politik.

Kantor Borrel juga menekankan perlunya ketenangan dan mendesak pasukan keamanan untuk menghormati hak asasi manusia, termasuk hak untuk berkumpul secara damai.

"EU akan terus mencurahkan upaya politik dan diplomatik untuk mendukung dialog dan solusi damai dan negosiasi terhadap krisis politik,” bunyi pernyataan itu.

Maduro terpilih kembali untuk masa jabatan ketiga, dengan perolehan suara 50,2 persen dalam pemilu pada Minggu.

Pemungutan suara berjalan damai namun hasilnya memicu protes dari pendukung oposisi di Caracas dan kota-kota lain.

Pihak oposisi mengecam dugaan penipuan, mengeklaim Edmundo Gonzalez menang dengan 70 persen suara.

Sumber: Anadolu

Baca juga: PBB desak tokoh menahan diri dari kekerasan pasca Pilpres Venezuela
Baca juga: Venezuela hentikan hubungan dengan negara yang ragukan hasil pilpres

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Arie Novarina
Copyright © ANTARA 2024