Jakarta (ANTARA) - Nahdlatul Ulama (NU) jika diartikan secara bahasa maka mengandung makna kebangkitan ulama. Namun Nahdlatul Ulama bukanlah sekadar nama, melainkan sebuah konsep yang memiliki arti dan falsafah yang mendalam serta mengandung harapan dan doa.

Nahdlatul Ulama terdiri dari dua suku kata, yaitu نهضة "nahdlah" yang berarti kebangkitan. Sedangkan kata العلماء "ulama" yang berarti orang-orang yang banyak tahu.

Kata "nahdlah" sangat populer di Arab, seperti An-Nahdla Al-Arabiyah (Kebangkitan Arab), kata ini juga digunakan dalam politik, akademik, keamanan dan lainnya, seperti Nahdlatul Adab al-Arabi (kebangkitan sastra Arab).

النَّهْضَةُ العَرَبِيَّةُ : الاِنْبِعَاثُ، الاِرْتِفَاعُ، التَّجَدُّدُ، التَّقَدُّمُ بَعْدَ التَّأَخُّرِ وَالاِنْحِطَاطِ عَرَفَتِ البِلاَدُ نَهْضَةً عِلْمِيَّةً

Artinya: "Kebangkitan Arab: kelahiran kembali, kebangkitan, pembaharuan, kemajuan setelah kemunduran, negara mengalami kebangkitan ilmiah." (Al-Ma'ani).

Selain itu, kata "nahdlah" dalam NU, bila ditilik dari "'asr nahdlah" (masa kebangkitan, renaissance), an-nahdlah (renaisans) artinya gerakan untuk menghidupkan kembali warisan masa lalu. Tetapi dalam arti yang lebih luas, an-nahdlah ibarat dari kebangkitan masa lalu dari berbagai aspeknya seperti seni, sastra, ilmu pengetahuan, studi, dan perubahan yang menyertainya dalam kehidupan sosial, ekonomi, agama dan politik.

Sebelum disepakati nama Nahdlatul Ulama, para ulama hampir menyepakati nama "Nuhudl" (bangkit) yang merupakan masdar dari kata nahadla-yanhadlu-nuhudl wa nahdl. Namun, tidak jadi digunakan karena kata nuhudl dianggap bangkit tapi secara personal (sendiri-sendiri, secara individu).

Berbeda dari "Nahdlah" yang bermakna bangkit dan bergerak, makna bergerak tidak sendiri-sendiri, tapi bergerak bersama untuk maju. Dalam kata "Nahdlah" ada harkah (gerak, bergerak) dan juga bersama. Menurut Kiai Miftah, nama "Nahdlah" diusulkan oleh Sayyid Alwi bin Abdil Aziz.

Selain itu, Ulama dalam Al-Qur’an hanya disebutkan dua kali, salah satunya dalam surat Fathir ayat 28: disebutkan bahwa salah satu sifat utama yang harus dimiliki oleh ulama adalah adanya خشية الله rasa takut kepada Allah.

Terdapat 3 unsur penting yang harus dimiliki seorang alim, pertama pengetahuan tentang agama secara luas dan mendalam, kedua pemahaman dari pengetahuan yang dimilikinya, karena tidak semua orang yang tahu itu paham, tapi orang yang paham sudah pasti tahu.

Ketiga pengamalan dari semua pengetahuan dan pemahamannya tentang agama dalam kehidupan nyata. Unsur inilah yang paling penting yang harus dimiliki seorang alim. Tanpa sifat ini, seberapa tinggi pun ilmunya, dia tidak dapat dikategorikan sebagai Ulama.

Dari pengertian secara harfiah di atas, bahwa Kata "Nahdlah" sendiri memiliki sejarah panjang, demikian juga dengan sejarah perjalanan keagamaan, pemerintahan dan perpolitikan di Indonesia.

Nama Nahdlatul Ulama memiliki arti kebangkitan orang-orang yang memiliki dan memahami ilmu agama serta mampu mengamalkannya di tengah masyarakat. Oleh karena itu, NU sejak berdiri hingga sekarang selalu dinaungi oleh para ulama yang alim dan saleh.

Selain itu, NU senantiasa mengajak warganya untuk menjadi alim dengan pengetahuan yang luas, baik ilmu agama maupun ilmu umum, baik akhirat maupun dunia.

Tujuan NU berlakunya ajaran Islam yang menganut paham ahlussunnah wal jamaah (aswaja) untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta alam.

Baca juga: PBNU bakal bentuk pansus untuk kembalikan PKB ke NU

Baca juga: Kemendes-Fatayat NU kerja sama dukung perempuan terlibat bangun desa

Baca juga: Gus Ipul minta kader NU yang ke Israel pilih mundur atau diberhentikan

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024