Jakarta (ANTARA) - Seluruh insan pertanian dari berbagai pelosok Tanah Air dikerahkan guna melakukan langkah-langkah strategis dengan segera demi mencegah krisis pangan yang kini melanda belahan dunia agar tidak terjadi  di Indonesia.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengumpulkan  seluruh insan pertanian dari berbagai penjuru Tanah Air  dalam pertemuan bertajuk "Rapat Koordinasi Optimalisasi Program dan Optimalisasi Lahan Rawa"  guna menyiapkan langkah-langkah strategis untuk memenuhi kebutuhan pangan hingga akhir tahun.

Garda terdepan pertanian yang dikumpulkan mulai dari penyuluh pertanian lapangan (PPL), kepala dinas pertanian kabupaten/provinsi se-Indonesia, termasuk sejumlah mahasiswa di bawah naungan kementerian tersebut.

Selain itu, juga para direktur jenderal jajaran Kementerian Pertanian hingga TNI-Polri, yang menjadi mitra dalam peningkatan pertanian Indonesia, juga turut menjadi bagian dari aksi penyusunan strategi ini.

Berbagai upaya yang sebelumnya dilakukan dalam meningkatkan produktivitas pertanian dievaluasi sedetail mungkin. Tujuannya untuk menemukan kekurangan dan menciptakan cara cepat dalam meningkatkan produksi padi, khususnya dalam waktu lima bulan ke depan, yakni Agustus, September, Oktober, November, hingga Desember.

Menteri Pertanian menyoroti mengenai capaian optimasi lahan yang masih terbilang rendah, baru mencapai 19,6 persen atau 70.581 hektare dari target 860.000 hektare di tahun 2024.

Mentan menegaskan bahwa krisis pangan global harus dihadapi dengan kesiapan maksimal dari seluruh komponen pertanian di Indonesia. Bahkan, Mentan  menyatakan tidak segan mencopot pejabat di jajarannya jika ada yang lamban dan malas dalam bekerja.

Langkah tegas itu diambil karena keberhasilan dalam mencapai target optimasi lahan akan sangat menentukan ketahanan pangan nasional. Dengan dukungan penuh dari berbagai pihak, Mentan optimistis target yang telah ditetapkan dapat tercapai.

Peran seluruh insan pertanian untuk tetap berkomitmen tinggi dalam menghadapi tantangan krisis pangan global dan terus bekerja keras sangat dibutuhkan, demi masa depan ketahanan pangan Indonesia.
 

Percepatan pompanisasi

Mentan menilai,  percepatan pemasangan pompa air di seluruh Indonesia  merupakan upaya nyata dalam menghadapi krisis pangan sehingga Indonesia mampu melewati kekeringan panjang yang berpotensi menurunkan produksi.

Pompanisasi dianggap sebagai bagian penting yang harus segera dipasang secara cepat dan merata di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, tidak ada waktu libur bagi jajaran Kementan yang terus bergerak di lapangan hingga saat ini.

Seluruh insan pertanian di jajaran Kementan seperti PPL yang berjumlah 40 ribu orang, diminta untuk mencari sumber air, baik sungai maupun embung, untuk dilakukan pemasangan pompa air. Bekerja dengan penuh semangat dan kesiagaan, mengingat situasi saat ini berada di titik yang sangat kritis.

Seluruh insan pertanian harus turun langsung ke lapangan dan pengadaan pompa tidak boleh melebihi dua minggu. Kekeringan saat ini dianggap sebagai kekeringan terparah karena menghadapi El Nino terpanjang dalam sejarah.

Kolaborasi dengan gubernur dan bupati sangat penting agar sawah-sawah kering dapat segera diproduksi kembali. Koordinasi melalui telepon terkait penyedotan air sungai juga telah dilakukan oleh Mentan dengan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.

Seluruh Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) di Indonesia diminta untuk segera bergerak memasang semua pompa dengan target mencapai 2 juta lahan mulai dari nol. Total pompanisasi yang sudah termanfaatkan di seluruh Indonesia mencapai 20.559 unit atau seluas 582.528 hektare.

Angka tersebut kemungkinan akan bertambah seiring adanya tambahan dan pemasangan pompa baru. Saat ini, kegiatan pompanisasi juga sejalan dengan perluasan areal tanam atau PAT di seluruh Indonesia.

Kementan menargetkan setidaknya 1 juta hektare lahan sawah dengan rincian 500 ribu hektare di daerah Pulau Jawa dan sisanya di luar Jawa yang akan diairi melalui pompanisasi. Jika dihitung secara rinci, 500 ribu hektare akan mampu menghasilkan 2,5 juta ton gabah dengan rata-rata produksi 5 ton per hektare.

Sehingga diharapkan semua bergerak cepat untuk membantu petani yang saat ini sangat membutuhkan bantuan dan pertolongan. Pompanisasi sebagai langkah penting dalam menjaga produksi pangan di tengah kekeringan yang melanda.

Langkah itu  sebagai bentuk respons cepat terhadap situasi krisis pangan yang sedang dihadapi. Sehingga diharapkan seluruh pihak terkait dapat bekerja sama dalam mengatasi tantangan itu.

Percepatan pemasangan pompa air diharapkan  dapat mengatasi krisis pangan yang disebabkan oleh kekeringan panjang.  Kementan menargetkan bisa menghasilkan 700 ribu ton hingga 1 juta ton setara beras hingga Desember 2024.
 

Siaga pangan

Mentan mengemukakan, saat ini setidaknya ada 22 negara di dunia yang menghentikan ekspor komoditas pangan, termasuk Uganda, Rusia, Bangladesh, dan Pakistan. Hal ini menjadi perhatian serius karena sebelumnya Indonesia bisa mengandalkan impor untuk mengatasi kekurangan pangan, namun kini keran impor ditutup rapat oleh sejumlah negara.

Mentan baru saja kembali dari Vietnam dan bertemu dengan perdana menteri negara tersebut, menyatakan bahwa  Vietnam kini juga mengalami kekurangan beras hingga 2,8 juta ton akibat fenomena El Nino.

Oleh karena itu, Mentan meminta  seluruh jajarannya untuk bersiaga selama lima bulan ke depan hingga Desember 2024 untuk meningkatkan kembali produktivitas pertanian Indonesia dan mewujudkan swasembada pangan.

Siaga dibentuk per wilayah, mulai dari timur Indonesia, tengah, hingga barat, dengan penanggung jawab yang telah ditunjuk di masing-masing wilayah. Mentan meminta agar dirinya dimasukkan ke seluruh grup WhatsApp pertanian untuk bisa memantau kinerja jajarannya setiap saat.

Mentan berpendapat bahwa lebih baik terjadi keributan di internal Kementerian Pertanian saat ini daripada masyarakat Indonesia harus antre untuk meminta pangan.

Kelangsungan hidup negara sangat bergantung pada pangan yang dianggap vital dan strategis. Bermain-main dengan pangan akan berdampak pada 280 juta jiwa penduduk Indonesia.

Oleh karena itu, seluruh jajaran Kementan untuk bekerja maksimal demi Merah Putih. "Kita tempur untuk melawan krisis pangan, ini untuk Merah Putih. Kita posko bersama-sama termasuk saya. Aku pantau semua grup secara harian, pagi-sore," ucap Mentan yang pernah mengabdi sebagai penyuluh pertanian selama kurang lebih 13 tahun.

Tak hanya itu, Mentan meminta pula dukungan mahasiswa yang mengikuti program Kampus Merdeka Merdeka Belajar di bawah naungan Kementan untuk terlibat dalam memasang pompa air.

Jika berhasil, dari 800 peserta program tersebut, 100 orang yang mampu memasang 40 unit pompa akan dikirim untuk studi banding ke luar negeri sebagai apresiasi atas kontribusi mereka. Mentan meminta pula agar dimasukkan ke grup WhatsApp mahasiswa tersebut sehingga bisa memantau pekerjaan mereka.

Tak hanya itu, kepala dinas pertanian yang berhasil membangun pertanian di wilayah masing-masing juga akan dipertimbangkan untuk studi banding ke luar negeri.
 

Menjaga lahan

Mencegah alih fungsi lahan pertanian demi menjaga ketahanan pangan nasional dan mewujudkan swasembada pangan juga perlu dilakukan.

Ketua Umum Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional Yadi Sofyan Noor menilai konversi lahan sebagai ancaman nyata bagi kelangsungan produksi beras nasional di masa depan.  Alih fungsi lahan sangat merugikan keberlangsungan bertani dan harus dihentikan sejak sekarang.

Praktik alih fungsi sawah produktif menjadi bangunan lain ditegaskan harus segera dihentikan melalui langkah nyata sesuai Undang-undang 41 Tahun 2009. Alih fungsi lahan merupakan praktik pidana yang dapat diproses hukum dengan ancaman berat sesuai peraturan yang ada.

KTNA terus bergerak mendukung upaya pemerintah dalam mewujudkan swasembada dan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Dukungan tersebut di antaranya dengan mengawal jalannya program pompanisasi, optimalisasi lahan rawa, hingga pemanfaatan alokasi pupuk subsidi yang naik 100 persen.

Kepala daerah di seluruh Indonesia diharapkan juga mengawasi segala bentuk praktik alih fungsi lahan yang dapat menurunkan produksi beras nasional.

Sementara itu, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian dalam arahannya mengemukakan, para kepala daerah diminta untuk mendorong produksi beras nasional agar meningkat, dengan mengawasi sawah lahan yang sudah ada agar tidak dikonversi ke hal lain karena hal tersebut akan menurunkan produksi nasional.

Pemda di seluruh Indonesia juga diharapkan mendukung penuh upaya pemerintah dalam mencetak sawah baru seperti yang dilakukan Kementerian Pertanian di Kalimantan dan Merauke. Langkah ini juga diharapkan dilakukan di daerah lain yang memiliki lahan tidur.

Para kepala daerah juga diharapkan terus memperkuat program pompanisasi sebagai solusi cepat mengatasi kekeringan panjang yang saat ini dijalankan Kementerian Pertanian.

Mencegah krisis pangan sangat penting guna menjaga stabilitas ekonomi, keamanan nasional dan kesejahteraan masyarakat.  Oleh karena itu, untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional maka butuh kebersamaan, bahu-membahu, dan seluruh elemen bersatu padu dengan satu tekad tercukupinya kebutuhan pangan masyarakat.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024