Jakarta (ANTARA) - Muhammadiyah memainkan peran penting dalam sejarah Indonesia dan turut andil dalam memajukan bidang pendidikan di Indonesia. Muhammadiyah meyakini bahwa ajaran keagamaan yang ditransformasikan dengan tepat sesuai perkembangan zaman dengan mengadaptasi tata kelola modern, dapat menjadi sumber penting dalam mewujudkan perubahan sosial yang memberi dampak struktural.

Menjadi salah satu organisasi Islam yang besar di Indonesia, Muhammadiyah memiliki sejarah perjalanan dan perkembangan yang panjang.

Sejarah singkat Muhammadiyah

Dilansir dari situs resminya, Pendirian Muhammadiyah diawali oleh keberadaan Sekolah Rakyat bernama Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah yang didirikan KH. Ahmad Dahlan pada awal tahun 1912. Organisasi ini berdiri pada 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan pada tanggal 18 November 1912 di Kauman, Yogyakarta.

Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan menggunakan harta bendanya sendiri tanpa bantuan dan dana sumbangan dari pihak lain. Madrasah ini awalnya berada di ruang tamu rumah KH. Ahmad Dahlan yang memiliki panjang 6 meter dan lebar 2.5 meter saja dan hanya memiliki 9 orang santri.

Seiring waktu dengan harapannya dalam mewujudkan lembaga pendidikan islam yang modern, dengan melewati proses pengajuan yang sulit dan memakan waktu lama akhirnya terbitlah Besluit pada 22 Agustus 1914 No.81 sehingga Muhammadiyah sebagai Badan Hukum diakui oleh Pemerintah Hindia-Belanda.

Pada tahun 1917 dalam Kongres Boedi Oetomo yang di adakan di rumah KH Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah ini menyatakan bahwa organisasi ini perlu berdiri tidak saja di Yogyakarta, tapi juga di seluruh Jawa, dan bahkan di Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan di berbagai tempat di nusantara.

Kyai Dahlan juga mempelopori gerakan perempuan 'Aisyiyah pada tahun 1917 yang didasari oleh pandangan beliau bahwa perempuan Muslim tidak harus hanya berada di dalam rumah tetapi juga memiliki peran di kehidupan bermasyarakat.

Hingga tahun-tahun terakhir menjelang akhir hayatnya, pendiri Muhammadiyah Kyai Dahlan masih terus berdakwah bahkan sempat mendirikan gerakan kepanduan bernama Hizbul Wathan pada 1918, membentuk Bagian Penolong Haji, kemudian berinisiatif mendirikan Mushola khusus untuk perempuan yang pertama di Hindia-Belanda.

Tokoh pendiri Muhammadiyah
  • KH Ahmad Dahlan memimpin Muhammadiyah sejak tahun 1912 dan berakhir ketika wafat pada 1923.
  • Kepemimpinan di Muhammadiyah dilanjutkan oleh Kyai Haji Ibrahim pada tahun 1923 hingga 1931.
  • Kemudian Kyai Haji Hisyam pada 1931 hingga 1936.
  • Kyai Haji Mas Mansyur pada 1936 hingga 1942
  • Ki Bagus Hadikusuma pada tahun 1942 hingga 1953.

Baca juga: PAN hormati keputusan PP Muhammadiyah yang terima pengelolaan tambang

Baca juga: Ijtihad pertambangan Muhammadiyah

Baca juga: Muhammadiyah minta Pansus Haji tak untuk kepentingan rivalitas politik

Pewarta: Allisa Luthfia
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2024