Jakarta (ANTARA News) - PT Industri Kereta Api (PT Inka) dipercaya oleh pemerintah untuk mendesign dan memproduksi angkutan massal rel bus bagi daerah-daerah di seluruh Indonesia. "Rel bus merupakan pilihan tepat untuk mengembangkan angkutan massal yang kini dibutuhkan oleh masyarakat, karena selain biayanya lebih murah juga daya angkutnya memenuhi kebutuhan," kata Dirjen Perkeretaapian Dephub, Soemino saat peluncuran buku "Menghela Roda-roda Inovasi" dalam rangka ulang tahun PT Inka ke-25, di Jakarta, Kamis. Soemino mengatakan, penunjukan PT Inka oleh pemerintah untuk mengembangkan design dan memproduksi angkutan massal rel bus tersebut berarti pemerintah telah memberikan peluang PT Inka mengembangkan usahanya di bidang transportasi perkeretaapian. "Pemda-pemda sudah mulai tertarik untuk angkutan massal tersebut, seperti Pemda Sidoarjo, Mojokerto dan Lamongan Jawa Timur," katanya. Ia mengatakan, angkutan massal perkeretaapian kini mulai disukai masyarakat, terutama masyarakat kota-kota besar. Karena itu, pemerintah kini mulai menghidupkan kembali jalur-jalur kereta api yang sudah mati, katanya. Berdasarkan survai Direktorat Jenderal Perkeretaapian sepanjang 1/3 dari 6500 Km panjang rel KA warisan pemerintah Belanda yang sudah mati akan dihidupkan kembali sebagai prasarana angkutan massal. "Untuk itu pemerintah telah memesan 250 lokomotif ke PT.Inka guna mendukung angkutan massal baik untuk kelas ekonomi, bisnis maupun kelas ekskutif," katanya. Menurut dia, pemerintah kini mulai memperhatikan angkutan perkeretaapian dengan memberikan anggaran perkeretaapian untuk tahun 2006 sebesar Rp2,5 triliun dan untuk tahun 2007 naik menjadi Rp2,8 triliun. "Apalagi setelah adanya perubahan UU No.13/1992 menjadi Undang-undang Perkeretaapian di mana membuka swasta untuk menjadi operator kereta api. Dan hingga kini sudah banyak swasta yang mengajukan untuk mengelola kereta api, terutama di sektor angkutan barang baik di Sumatera maupun di Swasta," katanya setelah acara peluncuran tersebut.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006