Jakarta (ANTARA News) - Band asal Jakarta, Netral mengaku tidak habis pikir dengan praktik-praktik pembajakan lagu yang masih subur di Indonesia sampai detik ini.
Sebagai bentuk upaya mengedukasi masyarakat untuk stop membajak/membeli produk bajakan, band itu mengusulkan agar seluruh musisi di Indonesia tidak membuat atau terlibat di acara musik selama satu bulan.
"Kalau mau ayo dalam sebulan, kita seniman-seniman, player (pemain musik) tidak usah bikin acara musik sama sekali. Bisa 'nggak' mereka (masyarakat) hidup tanpa musik," kata penggebuk drum Band Netral Eno Gitara Ryanto dijumpai di Jakarta, Jumat.
Eno mengatakan hal itu pantas dicoba, agar masyarakat benar-benar menghargai musik sebagai sebuah karya yang didalamnya melibatkan pencipta lagu dan para musisi.
"Sekarang musik 'nggak' bisa dihargai, padahal musik berpengaruh banget, bikin 'nggak' stress. Orang kalau pulang kerja kan dengar musik," papar Eno.
Yang paling membuat jengkel, kata Eno, musisi dalam negeri mayoritas hanya mengandalkan pasar di dalam negeri, namun tetap saja harus menelan mentah-mentah praktik pembajakan.
"Kalau musisi luar pasarnya internasional. Kalau kita jualannya cuma di sini, dibajak juga," kata Eno.
Gitaris Band Netral Christoper Bollemeyer (Coki) juga senada. Menurut dia, pemerintah seharusnya bisa segera bertindak nyata untuk mengatasi pembajakan. "Upaya mengatasi pembajakan itu nol, 'sorry to say' (maaf saja)," kata Coki.
Coki bahkan pesimis peringatan hari Musik Nasional yang jatuh 9 Maret merupakan upaya memajukan dan melindungi industri musik dalam negeri.
"Pesimis jelas kalau kondisinya seperti sekarang. Tapi kita lihat saja dulu maksud peringatan hari musik itu apa," ujar Coki.(*)
Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014