Jakarta (ANTARA) - Peserta program residensi pemajuan kebudayaan 2024 dari Australia, Aryo Hall (27), bakal memadukan musik yang dipelajari di Indonesia dengan musik khas Australia usai mengikuti program yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) selama Agustus 2024 itu.

"Saya bekerja sama dengan beberapa artis di Australia, saya juga mau membuat proyek musik Indonesia, tetapi musik campuran atau fusion di masa depan, untuk itu saya harap program residensi ini bisa berjalan dengan baik," kata Aryo saat ditemui di Jakarta, Selasa.

Pria keturunan campuran Yogyakarta-Australia itu mengaku memiliki kedekatan budaya dengan Indonesia dan sudah mempelajari musik Karawitan khas Jawa, Sunda, dan Bali selama mengikuti program darmasiswa di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta.

"Saya ikut program darmasiswa di Yogyakarta di ISI Yogyakarta pada tahun 2015, sudah hampir 10 tahun lalu, waktu itu saya belajar gamelan Jawa, Bali, dan Sunda. Saya punya keluarga di Indonesia, jadi saya mau mendekati budaya Indonesia. Ibu saya orang Kotagede, Yogyakarta," tuturnya.

Ia berharap, ke depan ia bisa belajar lebih tentang musik dari Indonesia, utamanya dari Riau, tujuan residensinya di tahun ini.

"Ini hal baru untuk saya, saya mau belajar tradisi Riau. Musik tradisi oral yang paling ingin saya pelajari, ingin belajar vokal," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Hilmar Farid mengemukakan, apabila program residensi pemajuan kebudayaan 2024 dapat menghasilkan karya-karya yang mengesankan, maka peluang kolaborasi antara seniman dalam dan luar negeri dapat terjalin secara berkelanjutan.

"Kalau hasilnya cukup mengesankan, ada kemungkinan pengembangan dan biasanya sih kalau teman-teman seniman itu, asal dikasih jalan mereka akan bikin kolaborasi. Melalui hubungan ini, kita harapkan juga akan memperluas daya jelajah dari teman-teman seniman di dalam negeri, jadi mereka punya jejaring, karena yang ikut kan hampir dari semua benua," paparnya.

Ia berharap melalui residensi tersebut dapat melahirkan generasi seniman yang memiliki kesadaran internasional yang lebih kuat.

"Kita punya dana Indonesiana yang memungkinkan teman-teman untuk pergi ke luar. Jadi secara independen mereka pergi, tetapi dengan jejaring ini kami berharap mereka bisa memperkuat kolaborasi dan menghasilkan karya yang menarik," tuturnya.

Para pelaku budaya internasional yang berpartisipasi pada program tersebut akan berkolaborasi dengan pelaku budaya nasional yang telah terseleksi sejumlah 30 orang dan melakukan residensi selama Bulan Agustus 2024 di tiga lokasi dengan objek pemajuan kebudayaan yaitu tari topeng Losari, Cirebon, Jawa Barat; musikalisasi pantun dan tradisi lisan, Pekanbaru, Riau; dan olahraga tradisional Jemparingan, DI Yogyakarta.

Baca juga: Residensi budaya 2024 ajang kenalkan tradisi lokal ke tingkat global

Baca juga: Kemendikbud perkuat pendidikan karakter di LKP

 

Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024