Ponorogo, Jatim (ANTARA) -
BPBD Ponorogo, Jawa Timur mulai menyalurkan bantuan air bersih ke sejumlah daerah terdampak kekeringan dan mengalami krisis air cukup parah selama beberapa pekan terakhir.
 
Kepala BPBD Trenggalek, Triadi Atmono, Selasa, mengatakan, penyaluran bantuan air bersih dilakukan berdasarkan permohonan atau pengajuan bantuan dari masing-masing pemerintah desa ataupun lingkungan terdampak kekeringan.
 
Salah satu daerah yang menjadi atensi BPBD adalah Lingkungan Magersari, Dusun Sukun, Desa Sidoharjo, Kecamatan Pulung, di mana warganya sempat menggunakan air sungai untuk memenuhi kebutuhan air konsumsi dan MCK sekaligus di tempat tinggal masing-masing.
 
"Hari ini kami terjunkan sebanyak 6.000 liter air bersih untuk Lingkungan Magersari. Kami kira ini cukup untuk kebutuhan dasar satu pekan ke depan," kata Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Agung Prasetyo.
 
Lingkungan Magersari menjadi salah satu titik kekeringan yang saat ini sedang terjadi. Selain itu masih ada 13 titik lainnya yang juga tengah menunggu kiriman bantuan air bersih.
 
Pihaknya pun berbagi waktu dan tenaga untuk mengirim air ke sejumlah wilayah di Ponorogo. "Puncak kekeringan di bulan Agustus nanti, sebagian ada yang sudah mengalami kekeringan sebagian ada yang masih memiliki sumber air bersih walaupun terbatas," terangnya.
 
Nurhadi, Ketua RT setempat mengatakan jika bantuan air bersih dari BPBD tersebut seperti oase di tengah gurun. Pasalnya sudah beberapa bulan terakhir warganya menggunakan air sungai yang tidak layak untuk kebutuhan dasar termasuk konsumsi.
 
"Kalau air sungai itu zat kapurnya tinggi, ditambah warna air yang sedikit kecoklatan. Jadi bersyukur akhirnya dapat bantuan air bersih dari BPBD," katanya.
 
Ia menjelaskan jika sebenarnya di wilayahnya terdapat depo air isi ulang. Namun warga lebih memilih menggunakan air sungai karena harga satu galonnya Rp7.000. Warga keberatan karena kondisi ekonomi yang sehari hari bekerja sebagai buruh petik daun kayu putih.
 
"Di sini semua kerjanya sebagai buruh petik daun, kalau harus beli air Rp7.000 per galon kan tidak mampu, keberatan," pungkas Nurhadi.

Baca juga: BPBA: Dua daerah di Aceh berpotensi kekeringan dan krisis air bersih

Baca juga: BPBD Padang siaga layani warga yang perlu air bersih saat kemarau

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024