"Ini bukan tentang hasil akhir, ini semua tentang prosesnya. Tidak peduli apa yang tertulis di papan skor..."
Paris (ANTARA) - Minggu (28/7) mungkin baru menginjak hari kedua dalam kompetisi di Olimpiade Paris, tetapi hal itu telah menyoroti kesehatan mental, sebuah aspek yang sampai saat ini dianggap sebagai salah satu topik tabu bagi para atlet.

Juara sepeda gunung putri, Pauline Ferrand-Prevot, berhasil mematahkan kutukan tiga Olimpiade tanpa medali lewat penampilannya yang dominan kala melakoni balapan hari itu. Ferrand-Prevot menjelaskan bahwa melatih pikiran sama pentingnya dengan melatih tubuh.

"Menurut saya, persiapan mental mencakup separuh dari total persiapan Anda. Anda melatih tubuh Anda dan mendobrak batas-batasnya dan terkadang kita lupa apa yang kita lakukan dengan pola pikir kita," ungkap atlet balap sepeda Prancis itu dalam konferensi persnya.

"Kami harus memikul beban, jadi persiapan mental membuat saya dapat menerima dan hampir menikmati rasa sakitnya," imbuh wanita itu, yang memiliki target baru untuk memenangkan Tour de France.
 
   

Minggu malam waktu setempat, perenang Inggris Adam Peaty menangis setelah meraih medali perak di nomor 100 meter gaya dada putra. Namun demikian, Peaty lantas menjelaskan bahwa dia bukanlah menangis karena gagal meraih medali emas ketiga kalinya secara beruntun di ajang Olimpiade dengan selisih waktu hanya dua perseratus detik.   

Kimberly Woods juga berhasil mengatasi berbagai rintangan untuk secara mengejutkan meraih medali perunggu di final slalom kano kayak single (K1) putri.

"Ini bukan tentang hasil akhir, ini semua tentang prosesnya. Tidak peduli apa yang tertulis di papan skor. Saya sudah menjadi seorang pemenang. Saya tidak menangis karena saya berada di urutan kedua, saya menangis karena perjuangannya," ujar sang perenang.

Peaty telah mendokumentasikan perjuangannya dalam beberapa tahun terakhir, dan mengakui sepenuhnya bahwa dia hampir pensiun setelah mengalami "gangguan jiwa", dan "siklus pola pikir negatif yang merusak diri sendiri", yang ditandai dengan sering minum minuman keras dan berpisah dengan pasangannya.

"Ini merupakan perjalanan yang sangat panjang (...) Saya memberikan segalanya di sana," ujarnya sambil menerima pelukan dari putranya yang masih kecil.
 
 


Kimberly Woods juga berhasil mengatasi berbagai rintangan untuk secara mengejutkan meraih medali perunggu di final slalom kano kayak single (K1) putri

Atlet berusia 28 tahun itu sebelumnya pernah mengatakan bahwa dirinya mengalami perundungan di masa kecil karena postur tubuhnya, depresi, dan insiden melukai diri sendiri saat cedera membuatnya tidak bisa berlatih, sehingga mendorongnya untuk memeriksakan diri ke klinik kesehatan mental.

"Saya tidak percaya betapa panjang perjalanan saya. Saya telah mendayung selama 20 tahun dan akhirnya meraih medali. Saya berharap masih bisa bertanding selama 10 (tahun) lagi, tetapi kita lihat saja nanti bagaimana kondisi tubuh saya," ujar Woods.

Dan tentu saja, Minggu juga menjadi saksi kembalinya pesenam Amerika Serikat (AS) Simone Biles dalam "tur penebusan", setelah berbagai masalah kesehatan mental yang membuatnya menarik diri dari beberapa nomor pertandingan di Olimpiade Tokyo dan membuatnya hampir pensiun setelah dua tahun absen dari olahraga itu. Namun, Biles masih tetap menjadi sorotan.

Biles kembali berlaga pada Minggu, menyelesaikan babak kualifikasi putri subdivisinya dengan nilai tertinggi, dengan disaksikan oleh sejumlah selebriti Hollywood. Ini menunjukkan bahwa pada level tertinggi, bukan hanya tubuh seseorang yang harus bugar. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024