Istambul/Roma (ANTARA) - Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni pada Selasa mengatakan bahwa China bisa menjadi “pemain kunci” dalam membantu mengakhiri perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

“Saya percaya China bisa menjadi, dengan memulai dari prinsip-prinsip kedaulatan dan integritas teritorial yang selalu diserukannya, pemain kunci dalam membantu mengidentifikasi elemen-elemen perdamaian yang adil,” kata Meloni kepada wartawan saat melanjutkan perjalanan lima harinya di China.

Meloni menyampaikan hal itu untuk menjawab pertanyaan terkait perang Rusia-Ukraina.

Komentar perdana menteri Italia tersebut disampaikan menyusul pertemuannya dengan pemimpin China Xi Jinping pada Senin di Beijing.

Namun demikian, Meloni mengatakan dukungan ekonomi Beijing terhadap Rusia bisa menimbulkan gesekan.

Perdagangan bilateral antara Rusia dan China mencapai sekitar 240 miliar dollar AS (sekitar 3,9 kuadriliun rupiah) tahun lalu.

Perang Rusia-Ukraina memasuki tahun ketiga sejak Moskow melancarkan serbuan ke Kiev pada Februari 2022.

Ribuan orang telah tewas dan terluka, sementara jutaan orang telah mengungsi.

Negara-negara Barat yang dipimpin oleh AS telah mendesak China untuk membantu mengakhiri perang dengan mempengaruhi Moskow.

Meskipun Beijing menolak mengutuk Rusia atas "operasi militer khusus" di Ukraina, China menyerukan penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial semua negara.

Ini adalah pertemuan tatap muka pertama Meloni dengan para pemimpin China, termasuk Perdana Menteri Li Qiang, sejak Roma menarik diri dari Belt and Road Initiative (BRI) yang didanai oleh Beijing tahun lalu.

Meloni, bagaimanapun, berjanji untuk “memperbaharui” hubungan dengan Beijing, dan kedua pihak menandatangani pakta tiga tahun untuk melaksanakan keputusan-keputusan lama dan baru.

Terkait ketegangan di Timur Tengah, perdana menteri Italia mendesak Israel "untuk tidak masuk ke dalam jebakan pembalasan".

Meloni mengatakan dia “sangat khawatir” dengan situasi di Lebanon dan risiko eskalasi regional.

Mendesak komunitas internasional untuk "terus mengirim pesan yang tidak berlebihan," sang perdana menteri mengatakan China bisa membantu dalam upaya tersebut, mengingat “hubungan yang solid” dengan Iran, serta Arab Saudi.

Sumber: Anadolu-OANA

Baca juga: Cegah transit minyak Rusia, Ukraina dituduh Hongaria lakukan pemerasan
Baca juga: Ukraina, Barat ragukan dampak F-16 akan ubah situasi medan pertempuran


Penerjemah: Primayanti
Editor: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Copyright © ANTARA 2024