Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta membutuhkan anggaran Rp4,3 triliun untuk mengatasi permasalahan sampah pada 2024
Jakarta (ANTARA) - Botol plastik air kemasan masih menjadi masalah global hingga kini. Kebutuhan akan air dalam kemasan yang praktis dan ekonomis diperkirakan masih akan terus bertambah.
 
Namun tanpa disadari bahwa banyaknya botol kemasan plastik yang terkumpul menjadikannya tak ramah lingkungan. Butuh waktu 400 tahun untuk bisa membuatnya terurai.
 
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data komposisi sampah di Provinsi DKI Jakarta pada 2022 dengan jumlah plastik sebanyak 22,5 persen dari total keseluruhan 3,1 juta ton sampah.
 
Tentunya masalah sampah tak bisa hanya mengandalkan satu pihak saja. Perlu peran serta seluruh lapisan masyarakat yang memiliki pandangan bagaimana bisa mengurangi itu.
 
Salah satunya dengan terus menggencarkan daur ulang melalui (reduce, reuse and recycle/3R) yang terus digaungkan Pemerintah.
 
Memang semua itu terdengar umum, butuh terobosan lain agar hasil daur ulang sampah botol plastik tak dipandang sebelah mata.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta memamerkan 32 perahu dari botol plastik untuk menyambut Hari Sungai Nasional melalui Festival Cinta Lingkungan (Cilung) 2024, Jakarta, Sabtu (27/7/2024). ANTARA/HO-Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta
 
Fenomena itulah yang mendorong Unit Penanganan Sampah Badan Air (UPS BA) Tanjung Priok untuk mengenalkan perahu kura-kura yang terbuat dari ribuan botol plastik.
 
Perahu kura-kura itu mulai dikenalkan pada Festival Cinta Lingkungan (Cilung) 2024 yang mengarungi Kali Banjir Kanal Timur (BKT) di kawasan Duren Sawit bersama 31 perahu lainnya pada 27 Juli lalu.
 
Pengawas UPS Badan Air Tanjung Priok Seno Rivaldi menyebut timnya membutuhkan 967 galon air, 1.394 botol plastik kemasan, dan 50 buah jeriken sabun atau sama dengan 2.411 sampah anorganik untuk membuat perahu itu.
 
Pembuatan perahu kura-kura itu selama 1,5 bulan, menyesuaikan jam kerja. Pemilihan kura-kura lantaran hewan ini bisa ditemukan di sungai maupun waduk sehingga membuatnya mampu beradaptasi di setiap lingkungan.
 
Selain itu, kura-kura yang memiliki wadah tempurung yang kokoh mampu melambangkan jiwa kuat dalam setiap langkahnya.
 
Adapun ide pembuatan perahu kura-kura terinspirasi dari kapal pesiar Arab Saudi yang dinamakan Pangeos, kapal pesiar terbesar di dunia yang dibuat oleh Arab Saudi. Pembangunannya diperkirakan menghabiskan dana 8 miliar dolar AS atau sekitar Rp120 triliun.
 
Dari inspirasi itulah besar harapan perahu ini mampu berdampak dan bermanfaat bagi banyak orang yang mengetahuinya.

Perahu kura-kura plastik ini direncanakan tampil di Waduk Cincin sebagai ikon. Terlebih bentuknya yang mirip dengan bentuk stadion Jakarta Internasional Stadium (JIS) dinilai mampu mempresentasikan Jakarta Utara.
 
Seorang warga bernama Mellisa mengaku senang bisa mengabadikan momen saat menaiki perahu berbentuk unik itu. Selain berwisata, dirinya banyak mengumpulkan potret bersama teman-temannya.
 
Dia merasa sudah seperti di luar negeri dengan menaiki kapal berdesain unik yang melintasi arus sungai. Pengalaman yang menenangkan baginya.
 
Mellisa menyampaikan pesan kepada Pemerintah agar memperbanyak kegiatan yang mampu mengurangi sampah plastik, seperti Festival Cinta Lingkungan.
 
Diharapkan festival ini mampu menjadi inspirasi agar masyarakat tak membuang sampah sembarangan yang bisa mengotori sungai.
 
Terlepas nantinya ada wacana perahu ini akan dipakai sebagai fasilitas wisata, ia berharap Pemerintah terus menginspirasi masyarakat agar bijak menggunakan sampah sekali pakai.
 
Festival Cinta Lingkungan 2024 bisa melatih kreativitas warga dan memperkenalkan sampah yang bisa berakhir berguna.
 
Bahwa barang yang ditemukan sehari-hari bukan berarti tidak berguna karena jika ada kemauan pasti ada jalan untuk memanfaatkannya.
 
Festival Cinta Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta memanfaatkan botol plastik menjadi 32 perahu untuk menyambut Hari Sungai Nasional melalui Festival Cinta Lingkungan (Cilung) 2024.
 
Sebanyak 32 perahu itu didatangkan dari UPS berbagai wilayah di DKI Jakarta yang bahannya didominasi dari botol kemasan.
 
Ini merupakan festival pertama yang diikuti oleh 32 perahu, yang semuanya terbuat dari sampah plastik, terutama botol kemasan, kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto di Banjir Kanal Timur, Duren Sawit.
 
Festival ini menjadi salah satu upaya untuk menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan, khususnya sungai.
 
Sungai Ciliwung menuju BKT telah menjadi sumber air minum maupun untuk kebutuhan lainnya warga sekitar sehingga kebersihannya harus terjaga.
 
Terlebih, UPS BA mencatat telah mengumpulkan 300 ton sampah baik dari sungai maupun wilayah di DKI Jakarta per tahunnya.
 
Kegiatan ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat untuk terus mengurangi sampah dari sumbernya dan mendukung program pengurangan sampah yang ditargetkan sebesar 28 persen pada tahun 2024 dan 30 persen pada tahun 2025.
 
Selain itu, juga untuk mengintegrasikan Rencana Aksi Nasional Ekonomi Sirkular 2025--2045 dalam kebijakan daerah guna menciptakan sistem ekonomi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
 
Ke depannya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mempertimbangkan perahu dalam festival ini bisa menjadi ajang wisata maupun tempat kuliner juga bagi seluruh warga.
 
Sejumlah upaya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi volume sampah yakni penyediaan bank sampah, budi daya maggot, tempat pembuangan sampah berkonsep kurangi, gunakan kembali, dan daur ulang atau reduce, reuse, recycle (TPS 3R).

Lalu, sistem pengelolaan sampah dengan mengedepankan pemilahan sampah dari sumbernya (Jakarta Recycle Center/JRC), tempat pengolahan sampah yang menghasilkan bahan bakar atau refuse derived fuel (RDF) hingga kewajiban penggunaan kantong belanja ramah lingkungan pada pusat perbelanjaan, toko swalayan dan pasar rakyat.
 
Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta membutuhkan anggaran sebanyak Rp4,3 triliun untuk mengatasi permasalahan sampah pada 2024.

Editor: Achmad Zaenal M

Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024