Saat ini di Indonesia, enam dari sepuluh orang sudah tinggal di kota.

Jakarta (ANTARA) - Utusan Khusus Presiden untuk Kerja Sama Internasional Pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Bambang Susantono menyoroti beberapa tren besar yang mempengaruhi pembangunan perkotaan.

Pertama adalah urbanisasi yang berpotensi menciptakan 60 persen populasi global berada di perkotaan pada tahun 2030.

“Saat ini di Indonesia, enam dari sepuluh orang sudah tinggal di kota. Itulah tren pertama yang sedang kita alami,” ujarnya dalam Indonesia Urban Resilience Forum yang dipantau secara virtual, di Jakarta, Selasa.

Tren kedua ialah perubahan iklim yang menimbulkan risiko signifikan terhadap kota-kota. Tanpa upaya mitigasi komprehensif, lanjut dia, banyak kota berisiko terendam air pada tahun 2030.

Hingga paruh pertama tahun 2024, Bambang menyampaikan ada 1.044 bencana terkait iklim di Indonesia, termasuk banjir, kekeringan, dan tanah longsor.

Selanjutnya, ialah tantangan sosial ekonomi, mengingat adanya tingkat ketimpangan tinggi dan lebih dari 60 persen tenaga kerja bekerja di sektor informal, lebih tinggi dibandingkan Malaysia yang kurang dari 10 persen dan Vietnam sebesar 30 persen.

Di satu sisi, informalitas menimbulkan masalah seperti berkurangnya pendapatan pajak dan buruknya jaring pengaman sosial. Pada sisi lain, informalitas dinilai berperan sebagai jaring pengaman sosial selama krisis.

Terakhir, tren besar yang terjadi di global adalah disrupsi teknologi.

Menurut dia, sebagian besar para pejabat tinggi seperti bupati dan wali kota memiliki cita-cita membangun smart city (kota pintar). Tren ini disebut tercermin dalam global smart city market yang diproyeksikan melampaui 1 triliun dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun 2028.

“Dengan semua tren ini, kota harus memperkuat ketahanannya untuk mempertahankan keberlanjutannya melalui berbagai guncangan,” ujar dia pula.

Kini, katanya lagi, ketahanan perkotaan mencakup upaya menjadikan kota layak huni dan berkelanjutan secara holistik dengan menggabungkan prinsip-prinsip green (hijau), cerdas, dan inklusif untuk menghadapi berbagai tantangan.

Dia menganggap ibu kota baru Indonesia, Nusantara, memperlihatkan prinsip-prinsip tersebut.

“Pembangunan Nusantara berlangsung selama 20 tahun ke depan hingga 2045, yang bertujuan menjadikannya kota berkelanjutan kelas dunia pada tahun 2045. Hal ini menggarisbawahi pentingnya fokus pada ketahanan kota dari masa ke masa. Pemerintah Indonesia telah menetapkan strategi jangka panjang dan juga peta jalan Nusantara, yang memungkinkan kota tersebut berkembang sejalan dengan prinsip-prinsip hijau, cerdas, inklusif, tangguh, dan juga berkelanjutan,” kata Bambang.
Baca juga: Kementerian PUPR: IKN jadi contoh penerapan kota pintar di Indonesia
Baca juga: OIKN ajak UMKM isi areal komersial di ibu kota negara baru Indonesia

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2024