Bentuk kerja sama adalah dalam bentuk in-depth study dan publikasi bersama, kemudian studi kebijakan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menggandeng Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA) guna memperdalam kajian untuk mengembangkan rantai pasok semikonduktor Indonesia.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa persiapan perlu dilakukan agar mampu menandingi India yang sudah mempersiapkan 15 miliar dolar AS untuk mengembangkan industri semikonduktornya.

“Pangsa ASEAN diperkirakan semikonduktornya di tahun 2029 akan sebesar 3 miliar dolar AS, dan India mempersiapkan untuk sebesar 15 miliar dolar AS. Jadi kita bersaing dengan India,” kata Airlangga saat penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) dengan ERIA di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa.

Airlangga menjelaskan, kerja sama dengan ERIA nantinya berbentuk kajian dan publikasi bersama yang diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi kebijakan dalam industri semikonduktor.

“Bentuk kerja sama adalah dalam bentuk in-depth study dan publikasi bersama, kemudian studi kebijakan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM), dan rencana kerja sama dalam dua tahun dan dapat diperpanjang,” jelasnya.

Selain industri semikonduktor, lanjut Airlangga, kerja sama kedua belah pihak juga diarahkan untuk mengembangkan ekonomi digital serta memperluas pasar ekspor untuk industri otomotif.

Ia berharap dengan adanya kerja sama dengan ERIA, maka Indonesia dapat dengan cepat melewati proses aksesi OECD dan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership/CP-TPP).

“Di mana dengan masuk CP-TPP kita akan membuka pasar Amerika Latin dan sekarang juga dengan keanggotaan Inggris yang baru tahun 2024 ini menjadi anggota CP-TPP pertama di luar 11 negara ini juga akan membuka pasar untuk anggota CP-TPP yang lain,” ujar Airlangga.

Adapun penandatanganan nota kesepahaman tersebut mencakup berbagai kerja sama. Pertama, studi kajian bersama aksesi Indonesia untuk menjadi anggota OECD dan CP-TPP.

Kedua, kerja sama pembentukan ASEAN Zero Emission Center yang akan diresmikan akhir Agustus 2024.

Kemudian ketiga, kerja sama pengembangan rantai pasok semikonduktor hingga memperluas pasar industri otomotif dan batre.

Sebelumnya, Airlangga mengatakan bahwa Indonesia akan berupaya untuk kembali menarik industri semi konduktor dari Malaysia.

Ia menjelaskan, sebelumnya ada sebuah industri semikonduktor yang hendak di bangun di Indonesia, namun akibat dilarang, maka pindah ke Malaysia.

"Terkait Industri semikonduktor mungkin kita ingat industri semikonduktor lari dari Indonesia, karena kita melarang robotik, karena pada waktu itu Menteri Tenaga Kerjanya Pak Sudomo, dan akibat dilarang pindah di Malaysia," katanya dalam Orasi Ilmiah BJ Habibie Memorial Lecture: Peran Iptek dan Inovasi menuju Indonesia Emas 2045 di Jakarta, Selasa (24/7).

Menurutnya, seusai industri tersebut pindah ke Malaysia, kini menjadi sumber ekspor semikonduktor dan elektronik. Meskipun demikian, ia tidak menyebutkan nama dari industri tersebut, namun menegaskan bahwa Indonesia akan menarik industri itu.

Saat ini pemerintah ingin menarik kembali Industri ini balik ke Indonesia dengan mendorong pendidikan terkait pengembangan industri semikonduktor.

Airlangga menyebutkan bahwa sudah ada beberapa kerja sama antara Indonesia dengan Singapura maupun chip academy di Jerman untuk guna menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang tanggap teknologi microelectronic untuk mendorong sektor semikonduktor di Tanah Air.


Baca juga: Airlangga: RI bakal tarik kembali industri semikondutor dari Malaysia
Baca juga: Wamenlu AS dukung Indonesia jadi pusat industri semikonduktor
Baca juga: Tim Fact-Finding Mission OECD mulai tinjau ekosistem semikonduktor RI

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024