Memperingati hubungan kedua negara yang memasuki usia 66 tahun, Retno melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Selandia Baru Winston Peters dalam format joint ministerial commission (JMC) di Auckland pada Selasa.
“Saya tekankan di awal pertemuan bahwa Pasifik yang stabil, damai, dan sejahtera merupakan kunci dari Indo-Pasifik yang stabil, damai, dan sejahtera pula,” kata Retno dalam keterangan tertulisnya.
Ia menegaskan bahwa Indo-Pasifik yang damai tidak dapat dicapai sendirian oleh satu negara, tetapi memerlukan kerja sama dan kolaborasi dari banyak negara.
“Saya sampaikan apresiasi atas konsistensi dukungan Selandia Baru bagi kedaulatan dan integritas wilayah Indonesia. Saya juga sampaikan kesiapan Indonesia untuk terus memperkuat kerja sama dengan Selandia Baru dalam konteks pemajuan kerja sama ekonomi dan pembangunan di Pasifik,” tuturnya.
Dalam pertemuan tersebut, kedua menlu membahas sejumlah bidang kerja sama bilateral, di antaranya people-to-people contact dengan finalisasi Amendment Protocol of the Education Arrangement yang sudah siap untuk ditandatangani, serta pembahasan proposal kesepakatan working holiday visa.
Terkait kerja sama ekonomi, Retno mengungkap volume perdagangan kedua negara yang dalam lima tahun terakhir meningkat 13 persen.
Namun, ujar dia, kerja keras tetap perlu dilakukan karena tahun lalu terjadi penurunan nilai perdagangan kedua negara.
“Semua fasilitas perdagangan harus dipergunakan termasuk melalui RCEP, sehingga kita dapat meningkatkan kembali angka perdagangan. Indonesia menyambut penandatanganan pengaturan karantina yang diharapkan dapat memajukan perdagangan produk pertanian,” kata Retno.
Sejalan dengan kerja sama di bidang hortikultura, Indonesia telah manfaatkan skema Regional Seasonal Employment (RSE). Sejauh ini, Indonesia sudah mengirimkan kurang lebih 870 tenaga kerja musiman perkebunan ke Selandia Baru.
“Kerja sama ini telah dimulai sejak tahun 2007. Dan dalam pertemuan, saya menekankan harapan Indonesia agar angka tenaga kerja musiman asal Indonesia dapat ditingkatkan,” tuturnya.
Kedua negara juga telah memiliki sejumlah kerja sama di sektor halal, dan akan menindaklanjuti kerja sama antarpemerintah untuk mutual recognitions sertifikasi halal.
Retno kembali mengundang Selandia Baru untuk meningkatkan investasinya di Indonesia termasuk di sektor energi, wisata, dan ketahanan pangan.
Indonesia juga mengapresiasi komitmen pendanaan 15,7 juta dolar Selandia Baru (sekira Rp151 miliar) untuk kerja sama energi geothermal dalam skema Indonesia-Aotearoa New Zealand Geothermal Energy Programme (PINZ).
Lebih lanjut mengenai kerja sama pembangunan, Retno menyebut pada 17 Juli lalu, telah ditandatangani Statement of Partnership untuk tahun 2024-2026 antara Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional RI guna mendorong kerja sama pembangunan yang lebih intensif dan selaras dengan rencana pembangunan nasional Indonesia.
Retno turut mengajak Selandia Baru untuk bekerja sama mengembangkan proyek triangular di kawasan Pasifik, termasuk memanfaatkan Pusat Pelatihan Pertanian Regional di Raki-Raki, Fiji yang dibangun oleh Indonesia. Pusat pelatihan ini dapat dimanfaatkan juga bagi negara-negara lain di kawasan Pasifik.
Terkait kerja sama keamanan, Menlu Retno dan Menlu Peters membahas penanganan kejahatan lintas batas, kontra-terorisme, keamanan siber dan maritim, serta upaya mewujudkan dunia yang bebas senjata nuklir.
“Kami bertukar pikiran mengenai ancaman keamanan non-tradisional antara lain berupa online scamming, judi online, perdagangan manusia, dan perdagangan obat-obatan,” katanya.
Kedua negara telah memiliki mekanisme dialog pertahanan dan Indonesia akan menjadi tuan rumah Bilateral Defence Talk yang akan diselenggarakan di Jakarta pada September mendatang.
Selanjutnya, ketika membahas kerja sama lingkungan, Retno memaparkan bahwa Indonesia dan Selandia Baru telah menjalin kerja sama di bidang energi geothermal melalui proyek Kamojang di Garut, Jawa Barat sejak tahun 1970-an.
Kerja sama bidang geothermal menurut Retno sangat penting dalam mendukung upaya transisi energi Indonesia.
“Ke depan, diharapkan kerja sama Indonesia-Selandia Baru juga dapat mendukung upaya Indonesia untuk mencapai target emisi nol karbon sebelum 2060, serta berkolaborasi dalam mendorong upaya global mengatasi perubahan iklim,” tutur Retno.
Pada September mendatang, Indonesia dan Selandia Baru berencana menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerja sama di bidang energi terbarukan dan konservasi, yang akan menjadi payung bagi kerja sama lingkungan kedua negara.
Baca juga: Indonesia-Selandia Baru kerja sama cegah pemalsuan dokumen karantina
Baca juga: Indonesia dan Selandia Baru perkuat komitmen penanggulangan terorisme
Baca juga: Menlu Retno dorong peningkatan perdagangan RI-Selandia Baru
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024