"Saya apresiasi apa yang sudah dilakukan Kabupaten Manggarai Barat yang senantiasa mengingatkan tokoh agama, tokoh masyarakat untuk menyelipkan pesan pencegahan stunting dalam khotbah, ceramah maupun kegiatan keagamaan," katanya dalam sosialisasi pencegahan stunting melalui forum lintas agama di Labuan Bajo, Selasa.
Ia menambahkan anak-anak harus disiapkan secara fisik dan kepintaran sehingga mampu mengembangkan pembelajaran menghadapi tantangan di masa depan.
Terlebih, Indonesia pada tahun 2030 akan menghadapi bonus demografi di mana jumlah usia produktif paling banyak dalam struktur kependudukan.
Baca juga: Pemkab Mabar lakukan berbagai upaya turunkan angka stunting
Baca juga: PLN penuhi gizi masyarakat lewat Desa Berdaya di Kabupaten Kupang
Baca juga: Pemkab Mabar lakukan berbagai upaya turunkan angka stunting
Baca juga: PLN penuhi gizi masyarakat lewat Desa Berdaya di Kabupaten Kupang
"Tentu anak-anak stunting akan mengalami masalah produktivitas, karena itu wajib hukumnya bagi kita untuk mencegah stunting dan semua agama juga saya kira wajib untuk mencegah stunting, karena agama mewajibkan kita mendidik anak-anak dengan baik, baik dari fisik keterampilan, pendidikan di sinilah pentingnya peran tokoh agama, tokoh masyarakat," katanya.
Ia juga meminta partisipasi tokoh agama, tokoh masyarakat untuk ikut serta mensosialisasikan pencegahan stunting di Kabupaten Manggarai Barat.
"Tentu kita tidak menghendaki anak-anak lahir menderita stunting, ini untuk kemajuan bangsa kita," katanya.
Ia juga mendorong kolaborasi semua pihak agar bekerja sama menurunkan angka angka prevalensi stunting di Indonesia sehingga dapat berada di bawah target nasional yakni 18 persen di tahun 2025.
"Kalau kita ikuti data WHO angka stunting di bawah 20 persen itu sudah bagus, tapi kalau ingin negara maju maka angka stunting harus terus diturunkan, kalau negara maju stunting hanya 5 persen, karena itu kita punya pekerjaan besar menciptakan generasi hebat untuk kemajuan Indonesia," ucapnya.
Kominfo memprioritaskan penanganan stunting di Provinsi NTT yang berada di provinsi kedua anak-anak terbanyak terkena stunting setelah Provinsi Papua Barat.
"Mudah-mudahan dengan prioritas dan kolaborasi kita bisa keluar dari keterbatasan sehingga bisa mencapai target yang dicanangkan pemerintah pusat, 18 persen pada 2025," katanya.
Sekretaris Daerah Manggarai Barat Fransiskus Sales Sodo menyampaikan hasil pengukur penimbangan tiga tahun terakhir menggunakan Aplikasi Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPP-GBM) persentase stunting di Manggarai Barat mengalami kecenderungan menurun.
"Kalau Agustus di 2022 persentase stunting 15,9 persen di Juni 2024 sekarang ini 11,8 persen jadi ada kecenderungan mengalami penurunan," katanya.
Ia juga mengajak tokoh agama dan seluruh pihak untuk terus meningkatkan peran penting keluarga dan masyarakat dalam mengatasi stunting, edukasi dan peningkatan kesadaran tingkat keluarga tentang pentingnya gizi yang baik dan pola asuh yang sehat dan pentingnya stimulasi perkembangan anak.
"Hanya melalui kerja sama yang erat dan sinergi antara berbagai pihak kita akan mencapai hasil yang signifikan dalam upaya mencegah dan menanggulangi stunting," katanya.*
Baca juga: Save the Children-Nutrition International bantu turunkan stunting
Baca juga: Kabupaten Malaka NTT manfaatkan pangan lokal untuk cegah stunting
Baca juga: Save the Children-Nutrition International bantu turunkan stunting
Baca juga: Kabupaten Malaka NTT manfaatkan pangan lokal untuk cegah stunting
Pewarta: Gecio Viana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2024