Pak Erick punya strong leadership. Ia gesit mengambil keputusan. Seorang pemimpin yang decisive,
Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia (BSI) Hery Gunardi menilai bahwa Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memiliki kepemimpinan yang kuat (strong leadership) dan gesit saat mengambil keputusan.

Menurut Hery, penggabungan Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BNI Syariah yang pada akhirnya membentuk BSI sejatinya bukan perkara mudah. Namun, Erick mampu melewati tantangan tersebut dan mewujudkan mimpi bangsa yang selama ini terpendam.

"Pak Erick punya strong leadership. Ia gesit mengambil keputusan. Seorang pemimpin yang decisive," kata Hery melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.

Kesaksian Hery terhadap gaya kepemimpinan (leadership style) Erick tertuang dalam buku berjudul "Elephant Learns Flamenco: BUMN Menuju Indonesia Emas 2045". Buku karya Indonesia Brand Forum (IBF) dan PT Balai Pustaka itu akan diluncurkan dalam gelaran IBF 2024 di Jakarta, Rabu (31/7).

Baca juga: Dirut Telkom: Panduan dan peta jalan Menteri Erick Thohir bantu BUMN

Buku “Elephant Learns Flamenco” memuat perjalanan serta strategi BUMN dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045, termasuk menyoroti kepemimpinan Erick Thohir serta keberadaan “Akhlak” sebagai core values BUMN.

Founding Director IBF Yuswohady menjelaskan, pendekatan riset untuk buku tersebut bukan dilakukan dengan menggalinya secara langsung dari Erick Thohir melainkan dari para direktur utama (Dirut) BUMN yang berinteraksi dan merasakan praktik kepemimpinannya.

"Dalam buku ini, para direktur utama BUMN menyampaikan model interaksi dan kepemimpinan Erick dalam lima tahun terakhir," kata Yuswohady.

Menurut dia, Erick menjadi aktor utama di balik kesuksesan BUMN dalam lima tahun terakhir. Yuswohady menyebut, Erick mampu menjaga tren positif kinerja BUMN hingga kontribusi kepada negara melalui pajak, PNBP, dan dividen.

Yuswohady menyoroti gaya kepemimpinan Erick yang membuat BUMN mampu bersaing di kancah global. Aset BUMN saat ini yang sebesar Rp8.978,1 triliun dan pendapatan sebesar Rp2.292,5 triliun tercatat sudah jauh lebih besar dari superholding BUMN di Singapura yakni Temasek.

Selain itu, Erick dinilai mampu mendorong BUMN menjadi lebih profesional dan kompetitif seperti BUMN-BUMN besar dunia, seperti Temasek hingga Aramco milik Arab Saudi. Sebagaimana Aramco yang mulai melakukan diversifikasi bisnis, Erick pun merapikan model bisnis BUMN lebih adaptif.

"Model BUMN sebagai korporasi seperti swasta sudah mulai terlihat, terutama proses efisiensi dan fokus bisnis dengan holdingisasi BSI, Pelindo, PTPN, hingga Ultramikro. Selama ini asetnya kecil-kecil dan terpisah, tentu akan sulit bersaing," kata dia.

Baca juga: Dirut Pertamina: Menteri Erick selalu sigap terima persoalan BUMN

Selain fokus pada core business masing-masing, dia juga menilai penerapan digitalisasi mendorong laju transformasi BUMN menjadi lebih cepat. Yuswohady berharap, capaian apik BUMN dapat terus terjaga dan meningkat ke depan.

"Saya berharap momentum ini terus berlanjut di Kementerian BUMN karena sudah ada fondasi. Kesinambungan Kementerian BUMN BUMN sangat penting, jangan sampai sudah bagus, tahun depan roboh lagi," kata Yuswohady.

Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2024