Tokyo (ANTARA News) - Pembuat film AS, Oliver Stones, yang mendramatisasi horor 11 September lewat filmnya "World Trade Center", Rabu, mengutuk perang Irak sebagai bentuk yang "bermutasi" dari balas dendam. Stone, yang berada di Tokyo untuk mempromosikan film barunya, mengemukakan kepada para wartawan bahwa rakyat Amerika, menyusul serangan tersebut pada lima tahun silam, "marah dan ingin membalas dendam pada hari itu. Itulah hal yang sebenarnya." "Dan kami betul-betul melakukan aksi balas dendam di Afghanistan dengan sukses, namun kami tidak menyelesaikan perang itu," kata Stone, seperti dikutip AFP. "Kemudian ... hasrat untuk membalas dendam bermutasi, atau berubah, atau menyimpang menjadi perang ini di Irak," ujar Stone. "Saya secara pribadi mengutuk perang di Irak. Dan saya pikir perang itu kian memburuk, dan menjadi mimpi buruk bagi dunia dan masyarakat saya." Stone, seorang veteran perang Vietnam yang telah memperlihatkan kecenderungan anti-kemapanan dengan sejumlah filmnya, seperti "Platoon" dan "JFK," mengejutkan para pengeritiknya dengan "World Trade Center", yang dibintangi Nicolas Cages, yang menghindari teori konspirasi dan politik. "Saya tak ingin membuat film yang teliti secara politik. Film ini bukan film politik. Kami tak berpihak pada satu sisi atau pihak lainnya," kata Stone. Melihat jauh kedepan Namun demikian, Stone menyinggung perang Irak pada akhir "World Trade Center" dengan menyebut tokoh sebenarnya, Dave Karnes, seorang akuntan yang mencari korban yang masih hidup, kemudian masuk kembali sebagai anggota pasukan Marinir dan bertempur di Irak. "Anda dapat menyaksikan hal itu dengan ironi, atau dapat melihatnya, barangkali, secara harfiah, sebagai dukungan kepada perang Irak," kata Stone tentang tokoh tersebut. "Bila anda membuat film seperti ini, anda harus melihat 20 tahun ke depan. Jika putra atau cucu anda menonton film ini, ia ingin melihat hal sebenarnya dari hari itu," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006