"Kita harus menderita, jadi persiapan mental yang saya jalani telah membuat saya bisa menerima dan hampir menikmati rasa sakitnya...."
Paris (ANTARA) - Terkadang Anda membutuhkan kesabaran untuk sukses di Olimpiade, tetapi lebih dari itu, Anda harus mempersiapkan diri dengan benar. Itulah pelajaran yang dapat diambil dari perjalanan Pauline Ferrand Prevot untuk meraih medali emas balap sepeda gunung putri pada Minggu (28/7).

Atlet asal Prancis yang berkompetisi di Olimpiade keempatnya itu menjelaskan bahwa dirinya fokus pada semua aspek persiapan, baik fisik maupun mental, untuk akhirnya dapat membawa pulang medali emas yang telah lama diidamkannya.

"Saya pikir persiapan mental itu separuh dari seluruh persiapan Anda. Anda melatih tubuh Anda dan mendobrak batas-batasnya, namun terkadang, kita lupa mempersiapkan pola pikir kita," jelasnya usai konferensi pers.

"Kita harus menderita, jadi persiapan mental yang saya jalani telah membuat saya bisa menerima dan hampir menikmati rasa sakitnya," tambah atlet balap sepeda itu.

Dengan ketinggian lebih dari 230 meter, Bukit Elancourt merupakan titik tertinggi di wilayah Paris, dan pada sore hari yang terik dan cerah usai hujan mengguyur pada Sabtu (27/7), bukit itu dibanjiri oleh lautan bendera Tiga Warna (bendera nasional Prancis).
 
   


Nyanyian "Allez les Bleus" bergema dari para suporter Prancis, sedangkan para suporter Swiss membunyikan lonceng sapi, mungkin untuk memberikan nuansa pegunungan Alpen di Bukit Elancourt.   Di akhir lap kedua, ia memimpin 28 detik atas pembalap di belakangnya. Jaraknya melebar menjadi satu menit setelah lap ketiga, dan kemudian menjadi tiga menit dan bertahan hingga finis.

Sementara itu, di tribun pers, barisan reporter menyipitkan mata ke arah layar komputer, sambil sesekali mengoleskan krim tabir surya ber-SPF tinggi untuk melindungi diri dari teriknya sinar matahari.

Hari Minggu itu menjadi milik Ferrand Prevot, atlet balap sepeda gunung putri terbaik dunia dan pemegang 12 medali emas Kejuaraan Dunia, yang kendati demikian, tidak pernah mendapatkan satu medali pun dalam tiga penampilan sebelumnya di Olimpiade.

Atlet berusia 32 tahun itu finis di urutan ke-25 pada Olimpiade London 2012, gagal finis di Olimpiade Rio empat tahun kemudian, dan berada di urutan ke-10 pada Olimpiade Tokyo 2020 usai mengalami cedera dan kecelakaan. Kegagalannya dalam tiga Olimpiade beruntun ini membuat sebagian orang bertanya-tanya, apakah dia hanya tidak beruntung di Olimpiade? atau memang bukan takdirnya untuk menang?

Olimpiade kali ini, menjadi momen bagi Ferrand Prevot untuk menentukan takdirnya sendiri, dan dia mulai menuliskannya sejak awal, dengan melesat di tanjakan pertama balapan.

"Saya hanya menjalankan sebuah misi, dan ini adalah tentang memacu sepeda di tanjakan dan memulihkan diri saat di turunan. Saya fokus pada hal itu dan membalap dengan cara saya sendiri," tuturnya.
 
   


Sementara itu, para penonton, yang tidak pernah berhenti menyemangati dirinya, berpindah dari satu area ke area lain di sepanjang lintasan bagai gelombang manusia untuk mencoba melihat sekilas dan menyemangati sang atlet. Meski demikian, bukan berarti sang juara Olimpiade mendengarnya.

"Saya sudah seperti robot. Saya tidak mendengar siapa pun saat berada di lintasan, kecuali mungkin suara pelatih saya. Namun bahkan orang tua saya saja yang hadir di sini, saya tidak menyadarinya. Saya hanya fokus pada diri saya sendiri," akunya.

Ferrand Prevot bahkan menangis haru saat dirinya berhasil melewati garis finis, yang seolah mengangkat beban dari pundaknya. Para finisher berikutnya, Haley Batten dan mantan juara Olimpiade Jenny Rissveds, tidak membuang-buang waktu untuk memberikan pelukan kepadanya, begitu pula dengan Puck Pieterse, yang gagal meraih medali usai mengalami kebocoran ban.

Tidak akan ada lagi juara yang lebih populer di Olimpiade kali ini, mengingat Ferrand Prevot telah menutup tirai kariernya di dunia sepeda gunung dan membuka pintu untuk karier yang baru.

"Saya memutuskan untuk berhenti bersepeda gunung, dan saya tidak melihat diri saya melakukan hal ini lagi," ungkapnya.

"Sekarang saya akan bersepeda di jalan raya. Saya akan mengatakan pada Agustus nanti saya akan bergabung dengan tim mana," tambah atlet balap sepeda yang memiliki target baru pada 2025 itu.

"Saya akan dengan senang hati mempersiapkan diri untuk memenangkan Tour de France dan mencoba memenangkan Tour musim depan," ucap Ferrand Prevot.


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024